Extra Time

Bagaimana Chelsea Tidak Terkena Sanksi Finacial Fair Play Walaupun Sudah Membeli Banyqk Pemain Mahal

Chelsea merupakan salah satu klub besar dunia yang terkenal jor-joran dalam membeli pemain barunya. Setelah terjadi pergantian kepemilikannya, Chelsea tidak berubah bahkan makin ganas dalam setiap bursa transfer. Di era Roman Abramovich, Chelsea sangat terkenal boros dalam membeli pemain dan hal itu sepertinya diteruskan oleh pemilik barunya Todd Boehly.

 

Setelah membeli klub pada Mei 2022, Boehly telah menghabiskan total £476 juta atau sekitar Rp 8,5T untuk membeli 16 pemain baru, termasuk £88 juta membeli Mykhailo Mudryk, £72 juta untuk Wesley Fofana dan £50 juta pada Raheem Sterling.

Chelsea juga akhirnya berhasil mendatangkan gelandang Benfica Enzo Fernandez. Penandatanganan Fernandez ini merupakan rekor transfer baru di Inggris dengan menghabiskan £ 105 juta, Chelsea pun mengontrak enzo sama halnya dengan Mudryk yaitu dengan kontrak berdurasi panjang.

 

Hal ini menyebabkan banyak pecinta sepakbola bertanya-tanya bagaimana Chelsea berhasil mengatasi aturan Financial Fair Play dan terbebas dari sanksi yang ada.

 

SPORTbible pun berhasil meginterview pakar Football Finance Kieran Maguire untuk mendapatkan penjelasan tentang bagaimana Chelsea berhasil terhindar dari sanksi FFP.

 

Untuk apa FFP disiapkan?

 

Secara teori, FFP itu untuk mengurangi utang. Namun pada kenyataannya, kekhawatirannya adalah ketakutan bahwa pemilik baru klub sepak bola akan membeli kesuksesan karena mereka mampu merekrut pemain dan membayar upahnya secara besar-besaran juga. Oleh karena itu, mereka dapat memonopoli pemain-pemain  terbaik.

 

FFP didasarkan pada keuntungan dan keuntungan adalah pendapatan dikurangi biaya. FFP bertujuan untuk membatasi jumlah kerugian dan namun di sisi lain hal itu akan membatasi kemampuan klub-klub kaya ini untuk mengeluarkan uang lebih banyak, dan menjadikan sepak bola sebagai prosesi yang bertentangan dengan permainan kompetitif.

 

Bagaimana Chelsea bisa bekerja dalam FFP?

 

Yah, ini adalah kerja para akuntan dalam menangani transfer pemain. Jika Anda menjual pemain, semua keuntungan langsung dihitung. Chelsea sebenarnya sangat lihai dalam menjual pemain.

 

Mereka menjual Hazard menjelang akhir kontraknya dan mendapat banyak keuntungan dari itu. Tomori dan Abraham sama-sama berasal dari akademi, mereka adalah keuntungan murni.

 

Saat Anda menjual pemain, semua keuntungan langsung masuk ke perhitungan FFP Anda. Tapi saat Anda membeli pemain, biaya pemain tertera di kontrak. Sekarang, Chelsea telah merekrut pemain dengan enam, tujuh, dan sekarang Chelsea memiliki Mudryk dengan kontrak delapan setengah tahun.

 

Jadi jika Anda membelinya seharga £88 juta dan dia memiliki kontrak delapan setengah tahun, biaya yang terhitung di FFP hanya £10 juta dalam satu tahun. Jika Anda mengontraknya dengan kontrak empat tahun, itu akan menjadi £22 juta tetapi jika Anda mengontraknya dengan kontrak delapan setengah tahun, itu menjadi £10 juta.

 

Chelsea telah melakukan ini dengan Fofana, mereka telah melakukan ini untuk Cucurella, saya pikir Sterling juga memiliki kontrak lima tahun.

 

Jadi Chelsea telah mengambil pendekatan ini dan ini memungkinkan mereka untuk mengurangi biaya pembelian pemain dan menghindari sanksi FFP. Dan penjualan mereka pun tidak terpengaruh karena Anda langsung mengambil semua keuntungan penjualan.

 

Ada tudingan Chelsea melanggar aturan FFP, anda setuju?

 

Tidak, mereka tidak curang, mereka mengeksploitasi aturan. Aturan memang mengizinkan mereka untuk deal-dealan dengan pemain.

 

Mungkin jika kita merujuk kepada buku peraturan FIFA, dikatakan bahwa Anda tidak dapat menandatangani pemain dengan kontrak yang lebih dari lima tahun kecuali undang-undang setempat mengizinkannya.

 

Nah, di Inggris tidak ada yang membatasi Anda, sama seperti di AS.

 

Aturan itu ada, apa yang telah dilakukan Chelsea adalah mereka melihat ada celah dan mereka memanfaatkan celah itu untuk efek maksimal.

 

Apakah menurut Anda FFP kurang berdampak pada sepak bola saat ini?

 

Saya kira tidak, ada beberapa klub yang mencoba untuk mematuhinya.

 

Semuanya bermuara pada sikap pemilik, beberapa pemilik ingin mencapai titik impas atau menghasilkan keuntungan, dan beberapa hanya ingin memenangkan trofi, jika Anda hanya ingin memenangkan trofi, Anda akan mencoba mengeksploitasi setiap celah.

 

Saya pikir mayoritas pemilik klub, terutama pemilik Amerika ingin mendapatkan keuntungan finansial dari mempromosikan klub. Oleh karena itu, mereka mendukung FFP.

 

Chelsea di bawah Abramovich tidak terlalu peduli dengan FFP karena bagi Abramovich itu adalah hobi, hobi yang mahal tapi dia menikmatinya. Mereka memenangkan dua Liga Champions dan banyak Liga Premier. Dan itu terjadi lagi deng pemilik baru Chelsea.

Di UE, sebagian besar pemilik ingin mencapai titik impas, mereka tidak ingin mendanai kerugian besar.

 

Jadi ini semua kembali kepada budaya masing-masing klub, apakah klub mendukung FFP atau tidak, yang pasti FFP bisa mengurangi kerugian klub, itu pasti. Walaupun dengan adanya FFP juga akan mempersulit klub untuk kompetitif dengan membeli bakat-bakat terbaik.

 

Newcastle tidak akan melakukan apa yang dilakukan Chelsea di bawah Abramovich dalam beberapa tahun pertamanya dan juga berusaha mencontoh apa yang dilakukan Manchester City dalam beberapa tahun pertama mereka di bawah Sheikh Mansour. Newcastle akan menghabiskan banyak uang menurut standar Newcastle, tetapi tidak dengan cara yang sama dengan standar klub lain dengan pemilik tajir mereka.

 

Related Articles

Back to top button