Top Skor

6 Tokoh Kunci Keberhasilan Tottenham Hotspurs Sampai Sejauh Ini

Tottenham Hotspurs setelah sekian lama menunggu, akhirnya saat ini bisa bercokol di posisi kedua liga Inggris dengan selisih dua poin saja dari Leicester City di puncak klasemen. Yang lebih menggembirakan dari raihan ini adalah bagaimana Spurs bisa berada di atas tim sekotanya sekaligus yang menjadi rival abadinya Arsenal. Sudah bukan rahasia lagi, persaingan satu kota London utara ini. Bahkan banyak pemain Arsenal seperti wilshere dan Walcott yang kerap mengejek posisi Spurs yang selalu berada di bawah Arsenal.

Siapa saja tokoh yang paling berperan terhadap kesuksesan ini, dan bagaimana Spurs bisa meraih posisi terbaik sampai saat ini. Berikut kami sampaikan 6 tokoh kunci keberhasilan Spurs sampai sejauh ini :
kane

1. Mauricio Pochettino

Pochettino bukan nama yang benar-benar baru di Liga Inggris. Datang pada 2013 di pesisir Southampton, nama pria Argentina ini sudah menarik banyak atensi dari publik. Yang paling menonjol tentu gaya main dan pendekatan taktikalnya yang terlihat segar untuk ukuran Liga Inggris yang masih lambat mengadopsi taktik sepak bola modern.

Murid Bielsa ini juga memiliki pendekatan yang unik dalam pemilihan komposisi pemainnya. Mengutamakan pemain yang memiliki kecepatan dan stamina yang bagus.
Di Tottenham pun, hal ini menjadi senjata utama mereka musim ini. Pressing mereka luar biasa. Lini belakang mereka sangat amat solid.

Para gelandang mereka kerapkali melakukan trackback ke belakang untuk membantu menjaga area vital di pertahanan. Ketika naik menyerang pun mereka sangat sporadis, bisa lima hingga enam pemain akan maju ke depan saat transisi menyerang dimulai.

2. Jan Vertonghen dan Toby Alderweireld

Catatan kebobolan Tottenham Hotspurs sampai pekan ke-22 ini adalah 18 gol. Jumlah paling sedikit kemasukan gol yang juga menjadi bukti kenapa dua nama bek tengah di atas patut diberi apresiasi yang tinggi.

Apabila Leicester City begitu eksplosif di lini depan mereka dengan kontribusi Riyad Mahrez dan Jamie Vardy, Tottenham jauh lebih seimbang.
Selain tajam dalam menyerang, mereka cukup disiplin dalam bertahan. Duo Belgia yang menjadi palang pintu adalah jaminan mutu kenapa gawang Hugo Lloris begitu sedikit kebobolan.

3. Eric Dier dan Delle Ali

Satu yang menarik dan patut diapresiasi dari Tottenham dan Pochettino musim ini adalah banyaknya talenta Inggris di skuat mereka. Di tengah arus pemain asing yang berkuasa di Inggris beberapa tahun belakangan, seakan menjadi justifikasi kenapa prestasi timnas mereka terkesan stagnan dan tidak progresif.

Saya mulai dari Eric Dier. Kemampuan unik Dier adalah bakatnya untuk bermain di banyak posisi. Dier fasih bermain di bek tengah dan bek kanan. Wajar, karena selama di Sporting pun, ia adalah bek tengah yang dapat diandalkan. Juga di timnas U-21 Inggris. Yang menjadi fenomenal adalah dipanggilnya Dier ke timnas senior Inggris justru karena penampilan konsistennya bersama

Dele Alli di posisi pivot Tottenham musim ini.
Pochettino mengubah Dier menjadi gelandang sentral karena melimpahnya stok bek kanan saat itu dengan kedatangan Kieran Trippier. Juga di bek tengah yang sudah ada pelapis semisal Federico Fazio dan Kevin Wimmer.

Berikutnya, the most teenage sensation in England football this season, Dele Alli. Bocah asli Milton Keynes ini menjadi perbincangan karena dia dianggap tidak cukup siap secara mental dan teknis untuk bermain di Liga Primer bersama Tottenham. Wajar, karena ia berasal dari MK Dons, tim League One, dua tingkat di bawah Premier League.

Dele Alli hanya berharga lima juta poundsterling. Sangat amat murah, untuk standar pemain Inggris yang terkenal overpriced. Datang pada awal musim ini, walau sudah dibeli sejak Februari tahun lalu, Alli langsung menjadi pilihan utama di posisi sentral Tottenham. Menggeser duo Ryan Mason dan Nabil Bentaleb. Juga “memaksa” Moussa Dembele kembali ke posisi gelandang serang.

Kemampuan Alli yang sama baiknya untuk bermain di gelandang tengah atau gelandang serang menjadi nilai lebih. Alli memiliki daya jelajah tinggi dan sangat tenang. Sebagai sosok yang mengaku mengidolai Steven Gerrard, Alli jauh lebih kalem dibanding idolanya ketika berumur 19 tahun.

4. Harry “Hurricane” Kane

Sempat menempa ilmu di akademi Arsenal pada 2001/2002, Kane kemudian dilepas dan berpindah-pindah akademi sebelum akhirnya berlabuh di akademi Tottenham pada 2004.

Dua belas gol pada musim ini dan 21 gol musim lalu adalah bukti sahih, setidaknya hingga tengah musim ini, bahwa Harry Kane bukan one season wonder laiknya Michu. Untuk pemain berusia belum genap 23 tahun, Kane sudah mengoleksi 50 gol bersama Tottenham. Catatan nyata kenapa publik Inggris berharap Kane bisa menjadi tombak utama Inggris di Euro tahun ini.

Dibanding beberapa penyerang Inggris lainnya, Kane unggul jauh. Sebutlah Daniel Sturridge atau Danny Welbeck, hingga Wayne Rooney sekalipun, adakah jumlah gol mereka mampu mendekati rekening gol Kane?
Dipimpin Harry Kane, jumlah selisih gol Tottenham hanya kalah oleh Manchester City. Bahkan masih jauh di atas Manchester United, Liverpool dan Chelsea.

Related Articles

Back to top button