Top Skor

5 Alasan Terkuat Kenapa Mourinho Tidak Lagi Laku Sebagai Pelatih

Jose Mourinho boleh saja selalu menyombongkan dirinya sebagai pelatih top dunia.

Dan memang faktanya dengan sejumlah prestasi yang ia miliki, ia memang masuk dalam kandidat tersebut.

Keberhasilannya di setiap negara tempat ia melatih, menjadi jaminan akan kualitas yang ia miliki.

Namun  saat ini fakta lain membuktikan bahwa nama besar Mourinho bukanlah menjadi prioritas klub-klub besar untuk mengontraknya.

Sebut saja Real Madrid yang akhirnya lebih memilih Zidane untuk kembali melatih menggantikan Solari.

Begitu juga Inter Milan yang ragu menunjuknya kembali di saat Spaletti tidak mampu menghancurkan dominasi Juventus di Seri A.

Alhasil Mourinho pun mulai bersedia menduduki pelatih PSG yang tadinya enggan ia ambil karena prestise dari liga tersebut.

Berikut di bawah ini, kami memiliki 5 alasan terkuat kenapa nama Mourinho tidak lagi dijadikan prioritas untuk klub-klub besar :

5. Siklus Tahun Ketiga

Mourinho memang dikenal sebagai pelatih jempolan. Mou –sapaan akrab Mourinho– hampir menghadirkan gelar kepada semua klub yang pernah ditanganinya.

Akan tetapi, Mourinho memiliki kutukan yang sulit dihindari, yakni sindrom musim ketiga.

Biasanya di musim ketiga menangani tim, klub asuhan Mourinho mengalami penurunan performa.

Ambil contoh saat menangani Chelsea di periode pertama (2004-2007). Di dua musim awal, Chelsea menjadi jawara Liga Inggris.

Akan tetapi di musim ketiga (2006-2007), Mourinho gagal memberikan trofi tersebut kepada publik Stamford Bridge.

Hal yang sama juga berlaku saat Mourinho menangani Real Madrid. Di musim kedua, Mourinho memberikan trofi Liga Spanyol bagi Madrid.

Akan tetapi di musim ketiga, Madrid gagal merebut satu pun trofi, sehingga akhirnya Mou dipecat.


4. Teori Parkir Bus

Mourinho dikenal sebagai pelatih yang menganut gaya permainan pragmatis.

Ia tidak mempermasalahkan timnya bermain buruk, asalkan meraih kemenangan.

Sayangnya, strategi tersebut kurang tepat dijalankan di era sepakbola modern seperti saat ini.

Pelatih-pelatih top seperti Josep Guardiola, Jurgen Klopp dan Zinedine Zidane justru menerapkan strategi menyerang.

Karena itu, strategi andalan Mourinho dinilai sudah ketinggalan zaman.

Hasilnya, Mourinho dalam beberapa musim terakhir gagal mengangkat prestasi tim asuhannya.


3. Konflik dengan Pemain

Mourinho dikenal sebagai pelatih yang egois. Pelatih asal Portugal itu terkenal bertangan besi dan enggan mendengarkan saran dari orang lain.

Sikap Mourinho itu ternyata tidak disukai beberapa eks pemain asuhannya.

Tercatat, Mourinho sempat clash dengan para pemain didikannya.

Terbaru, Mourinho sempat cekcok dengan gelandang Manchester United, Paul Pogba.

Bahkan ketika Mourinho resmi dipecat Man United, Pogba merayakan keputusan manajemen dengan mengunggah foto tersenyum di akun Instagram-nya.

Daftar pemain yang sempat berseteru dengan Mourinho:

Chelsea – Kevin De Bruyne, Salah, Lukaku

Inter – Samuel Et’to, Ricardo Quaresma

Real Madrid – Iker Casillas, Cristiano Ronaldo, Pedro Leon

Manchester United – Bastian Schweinsteiger, Paul Pogba, Eric Bailly


2. Sering Ribut dengan Pelatih Lain

Mourinho tidak segan menyindir pelatih lain dalam situasi tertekan.

Ketika Man United takluk 0-3 dari Tottenham Hotspur di Liga Inggris 2018-2019, Mourinho menyindir Mauricio Pochettino (pelatih Tottenham).

Ia menyebut Pochettino sama sekali belum memiliki trofi Liga Inggris, berbeda dengan dirinya yang telah memenangi tiga gelar.

Sepanjang karier melatihnya, Mourinho pernah terlibat friksi dengan juru taktik beken seperti Antonio Conte, Arsene Wenger dan Rafael Benitez.

Bahkan saking kesalnya kepada tingkah Mourinho, Wenger sempat mendorong ayah dua anak tersebut.

1. Kukuh dengan Sepakbola Bertahan

Mourinho dikenal sebagai pria yang enggan melakukan adaptasi taktik.

Tiap kali timnya menghadapi klub besar, Mou selalu menginstruksikan tim asuhannya untuk bermain bertahan, sambil mencari celah di pertahanan lawan lewat serangan balik.

Di saat yang bersamaan, pelatih-pelatih top lain peduli dengan yang namanya adaptasi.

Ambil contoh Klopp. Meski dikenal sebagai pelatih yang menganut sepakbola menyerang, ia tidak segan menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain bertahan di suatu situasi.

Hasilnya pun positif, Klopp mengembalikan Liverpool sebagai salah satu klub top di Eropa saat ini.

Sumber : okezone.com

Related Articles

Back to top button