Formasi

Belajar dari Kebangkrutan Pesepakbola Top Dunia

 

 

Pemain sepak bola profesional di Premier League memang berlimpah kekayaan, tapi juga mudah bangkrut. Setidaknya di Inggris, ada laporan yang menyebutkan 3 dari 5 pemain Premier League bangkrut usai pensiun dalam lima tahun terakhir.

 

Rata-rata pemain Premier League bergaji 30.000 pounds (sekitar Rp 437 juta) per pekan. Itu termasuk penghasilan yang mewah, belum lagi bonus dan penghasilan iklan atau lainnya.

 

Namun, di sisi lain, para pemain Premier League juga mudah terjebak gaya hidup bermewah-mewahan dan hedonis. Selain itu, kebanyakan dari mereka kurang sukses saat menginvestasikan uangnya di bidang bisnis.

 

Ini yang sering membuat mereka segera bangkrut begitu pensiun, karena mengalami kekagetan budaya. Pemain yang semula mudah mendapatkan uang, tiba-tiba harus bekerja di bidang lain untuk mempertahankan penghasilan dan gaya hidupnya. Sering kali, mereka kurang ahli di bidang lain selain sepak bola.


Lee Hendrie

 

Kenyataan ini diungkapkan oleh yayasan amal sepak bola XPro dalam laorannya. Lembaga ini memiliki data 30.000 pemain yang pensiun dari semua liga di Inggris. Disebutkan pula, satu dari tiga pemain Premier League bercerai dalam 12 bulan setelah pensiun.

 

Beberapa contoh pemain bangkrut di antaranya Brad Friedel. Mantan kiper Tottenham Hotspur ini terbelit utang sebesar 5 juta pounds (sekitar Rp 72,8 milyar) karena membangun akademi sepak bola di Amerika Serikat.

 

Sedangkan mantan pemain Aston Villa, Lee Hendrie, utang 200.000 (sekitar Rp 2,9 milar) kepada kantor pajak. Pemain Fulham, John Arne Riise, serta mantan pemain MU, Keith Gillespie dan Eric Djemba-Djemba, juga memiliki masalah keuangan. Sementara mantan pemain Blackburn Rovers dan kapten timnas Skotlandia, Colin Hendry, juga dinyatakan bangkrut pada 2010.


 

 

Ketua Eksekutif XPro, Geoff Scott yang pernah bermain di Stoke City, leicester, dan Birmingham mengatakan, “Data kami menunjukkan, tiga dari lima pemain mengalami kebangkrutan dalam lima tahun. Ini juga ada hubungannya dengan data satu dari tiga pemain bercerai dalam 12 bulan setelah pensiun.”

 

“Sering kali, mereka mendapat nasihat dari orang yang salah. Sebelum menyadarinya, aset mereka sudah habis. Ini terkesan aneh, tapi benar-benar terjadi,” lanjut Scott.

 

Para ahli soal kebangkrutan mengatakan, sejumlah mantan pemain bola yang menjadi klien mereka kebingungan karena sudah tak mendapat gaji selepas pensiun. Salah satu ahli soal kebangkrutan dari RSM Tenon, Mark Sands mengatakan, “Meski pemain mendapat gaji besar, tapi gaya hidup mereka tinggi dan sering melakukan investasi berisiko tinggi.”

lifestyle-business

“Ketika kariernya berakhir, mereka tak memiliki penghasilan alternatif dan penghasilan mereka segera merosot secara drastis. Selagi begitu, gaya hidup mereka tak berubah. Pensiun, penghasilan yang menurun, kegagalan investasi, dan tingginya utang untuk membeli rumah menjadi kombinasi yang membuat mereka terjatuh dan bangkrut,” jelasnya.

 

Related Articles

Back to top button