Top Skor

5 Alasan Kenapa Klub-Klub Liga Inggris Kesulitan di Liga Champions Saat Ini

Liga Inggris memiliki beberapa wakilnya di liga champions musim ini seperti Manchester City, MU, Spurs dan juga Liverpool.

Walaupun City dan MU dipastikan lolos namun cara mereka lolos dianggap kesulitan.

Sedangkan Spurs dan Liverpool harus memainkan laga terakhir untuk memastikan lolos atau tidaknya.

Pertanyaan pun mengemuka  ada apa dengan klub-klub di liga terbaik dunia ini.

Dan di bawah ini kami memiliki setidaknya 5 alasan terkuatnya  diantaranya :

5. Jadwal Padat

Sudah bukan rahasia lagi jika kompetisi sepak bola di Inggris itu begitu ‘kejam’. Masyarakat di sana memang santai-santai saja menyaksikan laga di Hari Natal atau Tahun Baru, tapi, bagi pemain dan klub dampaknya begitu besar ketika musim sudah memasuki paruh kedua.

Dalam turnamen besar Timnas Inggris punya kecenderungan keletihan hingga tak bisa tampil optimal. Begitu juga di level klub. Paruh musim kedua turnamen antarklub Eropa, baik itu Champions League atau Europa League, biasanya sedang memasuki fase krusial di fase gugur.

Motivasi untuk bermain mungkin ada untuk meraih kesuksesan. Tapi, motivasi saja kadang tidak cukup di saat badan sedang tidak bugar alias keletihan. Oleh karenanya, lawan dari tim-tim Inggris yang berasal dari bagian negara Eropa lainnya bisa memaksimalkan itu dengan baik dan menyingkirkan mereka.

Beruntungnya, ‘mata’ FA sudah mulai terbuka dan mereka akan mulai menerapkan jeda musim dingin per Februari 2020 atau di musim 2019/20.

4. Arogansi Sebagai Liga Terbaik

Menyandang status liga terbaik dunia tampaknya menjadi buah simalakama untuk klub-klub Premier League yang bermain di Europa League atau Champions League.

Disadari atau tidak, tekanan bagi tim-tim Inggris karena status itu cukup tinggi. Ironis melihat Premier League sebagai liga – yang disebut – terbaik dunia, tapi pada kenyataannya perwakilan mereka di turnamen antarklub Eropa melempem.

Sejauh ini, hal yang bagus dari Premier League adalah pembagian hak siar yang adil kepada tim-tim kontestan dan punya marketing yang bagus, hingga menjadi liga terbaik dunia. Bisa disimpulkan: Premier League overrated (berlanjut ke poin tiga).

3. Faktor “Terlalu”

Harga, gaji, dan kualitas pemain yang ada di Inggris seyogyanya tidak setimpal dengan kontribusi mereka ketika bermain. Klub-klub Premier League  cenderung menggaji atau membeli pemain dengan nominal yang fantastis, tapi faktanya penampilan mereka tidak sejalan dengannya (beberapa di antaranya).

Contoh sederhana: gaji Alexis Sanchez di Manchester United mencapai 500.000 poundsterling per pekannya, nyaris setara dengan Lionel Messi , tapi apakah keduanya punya kontribusi yang sama? Tidak. Overrated.

Romelu Lukaku dibeli dari Everton setahun lalu seharga 90 juta poundsterling oleh Man United. Tapi faktanya saat ini di Champions League, top skor sementara adalah Dusan Tadic yang dibeli Ajax Amsterdam seharga 13,7 juta euro dari Southampton musim panas ini.

Bahkan, jika dilihat secara garis besar atau umum, soal pemain-pemain terbaik dunia di posisinya masing-masing, hanya segelintir yang berasal dari Premier League seperti Eden Hazard, Mohamed Salah, dan David De Gea. Sisanya? Terbagi di liga-liga top Eropa lainnya.

Semua fakta itu memperlihatkan bahwa apa yang terlihat belum tentu sesuai kenyataan. Gemerlap pemberitaan besar klub-klub Inggris tidak serta merta membuat mereka tiba-tiba jago di Eropa.

“Saya menyukai Liga Inggris. Saya melihatnya sebagai liga yang sangat menarik. Liga itu banyak mendapatkan perhatian meski saya merasa kualitas yang ada sedikit terlalu dibesar-besarkan, baik itu kualitas individu maupun teknik,” ucap Zlatan Ibrahimovic, yang pernah jadi top skor Man United ketika usianya sudah berusia 36 tahun.

“Seperti yang saya katakan ketika saya di Inggris, kalian beruntung saya tidak datang 10 tahun lalu karena bila saya bisa melakukan apa yang saya tunjukkan di usia 35 tahun, bayangkan bila usia saya masih 25 tahun. Tentu akan jadi cerita yang berbeda.”

2. Regenerasi

Tahun lalu Timnas Inggris di level muda menyabet trofi prestisius di turnamen besar seperti Euro dan Piala Dunia. Timnas Inggris senior juga menapaki semifinal di Piala Dunia 2018 dan Gareth Southgate, pelatih Inggris, baru mulai lebih banyak mengandalkan pemain muda.

Proses itu sayangnya dimulai baru-baru ini. Inggris telah tertinggal selangkah-dua langkah dari Bundesliga dan La Liga dari sisi itu. Ditambah fakta klub-klub besar Premier League  jarang memainkan pemain muda mereka, maka semakin sulit saja mereka bersaing di pentas Eropa.

Selain itu pemandu bakat klub-klub di Inggris juga tidak sebagus liga lainnya. Acapkali ditemui pembelian pemain dengan harga mahal, tapi kontribusi dan kualitas yang diberikannya tidak sejalan dengannya.

1. Prioritas Lebih ke EPL

Bertahan di empat besar Premier League dan bermain rutin di Champions League  seakan jadi hal yang lebih penting ketimbang berusaha menjuarainya. Ini bukan sekedar opini, melainkan fakta.

Arsene Wenger bisa bertahan lama di Arsenal selama beberapa musim terakhir karena The Gunners konsisten ada di empat besar dan bermain di Champions League, meski prestasi mereka minim di Champions League .

Belum lagi fakta lain bahwa klub-klub Premier League lebih fokus mengejar kompetisi lokal ketimbang Champions League. Praktis, hanya ada Man United dengan Mourinho yang selalu membanggakan trofinya, yang benar-benar serius menatap Europa League ketika menjuarainya tahun lalu.

Itu juga karena mereka tak mampu masuk di empat besar Premier League dan memilih jalur pintas dengan menjuarainya.

Related Articles

Back to top button