Top Skor

5 Alasan Luis Milla harus Dipertahankan PSSI

Timnas Indonesia memang gagal memenuhi target menjadi semifinalis Aseangames.

Timnas dibawah komando Luis Milla hanya sanggup berada di 16 besar.

Seiring dengan kekalahan tersebut, beredar jabar bahwa pelatih kepala Luis Milla akan dipecat.

Dan kabar ini pun langsung direspon netizen yang berharap Luis Milla dipertahankan.

Di bawah ini kami memiliki 5 alasan kenapa PSSI harus mempertahankan Luis Milla, dan berikut diantaranya :

5. Kaya Serangan

Indonesia identik dengan permainan yang cenderung mengandalkan kualitas individu dan permainan klasik, umpan bola panjang di masa lalu. Hal itu terjadi dikarenakan Indonesia kerapkali berganti pelatih dan bermain dengan umpan bola panjang jadi solusi yang praktis.

Namun, mengutip statistik Labbola, Indonesia yang memainkan empat laga di grup A melepaskan 63 percobaan mencetak gol dan 28 di antaranya tetap sasaran, 11 berbuah gol. Indonesia perlahan bermain seperti halnya Spanyol: mendominasi penguasaan bola dan banyak menciptakan peluang

“Keadaan badan atau tubuh pemain kita mirip dengan Spanyol sehingga lebih dekat ke sana,” ucap Edy 2017 silam ketika memberikan alasan menunjuk Milla sebagai pelatih.

4. Ball Possesion

Sebuah perkembangan tentunya Indonesia mulai mengikuti permainan sepak bola modern dan dapat mendominasi penguasaan bola: tidak mudah panik ketika menguasai bola di lini tengah dan sudah memiliki pakem akan taktik 4-2-3-1.

Selama fase grup, Indonesia selalu menguasai pertandingan dengan persentase 60 melawan Laos, Taiwan, dan Hong Kong. Kala kalah melawan Palestina pun Indonesia unggul 53 persen penguasaan bola. Semua ini terjadi berkat sentuhan Milla.

3. Menanamkan fondasi

Satu setengah tahun bukan waktu yang sebentar bagi pelatih menangani satu klub atau timnas, apalagi ini konteksnya timnas yang jarang berkumpul ketika para pemain bermain di klub. Pada awalnya Milla memang buta dengan kekuatan Indonesia. Maklum, dia datang jauh dari Spanyol tanpa pernah melatih klub atau negara di Asia.

Laga-laga uji coba, pemusatan latihan, hingga memberikan kesempatan seluruh pemain bermain dilakukannya untuk memahami karakteristik sepak bola Indonesia. Milla sukses melakukannya. Ada perkembangan pesat dibanding saat Indonesia dilatih pelatih-pelatih lain sebelumnya.

Jika sudah begini, ucapan pepatah yang berkata “Kegagalan merupakan kemenangan yang tertunda” mungkin ada benarnya. Kendati tersingkir, Indonesia banyak menunjukkan hal positif. Kegagalan bukan kata yang tepat untuk menggambarkan nasib buruk Indonesia di Asian Games.

2. Lebih Kreatif

Semua taktik telah dicoba Milla dari 4-2-3-1, 4-5-1, 4-4-2, 4-3-3, dan pada akhirnya 4-2-3-1 menjadi taktik dasar Milla di Indonesia karena sesuai dengan karakter pemain yang dimiliki. Bahkan di kala Indonesia tidak memainkan striker sentral, Milla tidak ragu memainkan formasi false nine alias penyerang semu.

Sepak bola memang bukan tentang taktik semata, tapi Milla juga mengombinasikan wawasan taktiknya itu dengan variasi permainan: serangan dari sisi sayap, full-backs yang rajin membantu serangan, umpan silang, penetrasi dari sisi sayap, hingga permainan operan bola pendek dan satu sentuhan di lini tengah.

Permainan tersebut merepotkan UEA yang hanya bisa berharap Shaun Evans memberikan pelanggaran kepada Indonesia dan menguntungkan mereka. Gol telat dari Stefano Lilipaly menjadi bukti jerih payah dan kerja keras memahami filosofi sepak bola Milla.

1. Membawa Kemajuan

“Milla patut dipertahankan untuk jangka panjang karena saya melihat progres dari cara bermain Timnas Indonesia sangat berkembang dan kalau bisa ditularkan sampai ke bawah (U-19, U-16, dan seterusnya) sehingga cara bermain kita akan sama (dengan filosofi yang sama),” ucap ikon sepak bola Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto.

Legenda sudah berbicara. Milla yang pernah menjadi pemain sukses di Barcelona dan Real Madrid, pernah melatih timnas Spanyol U19 hingga U23, telah menanamkan mentalitas juara hingga para pemain Indonesia tidak mudah menyerah. Perkembangan signifikan juga terlihat. Jika Milla terus diberi kesempatan melatih Indonesia, masyarakat Indonesia kelak akan menikmati buah dari kerja keras pelatih berusia 52 tahun itu.

 

 

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button