Top Skor

5 Kelebihan Piala Dunia Rusia yang Menjadikannya Spesial

Piala dunia banyak melahirkan moment-moment istimewa, hal ini tergambar dati bagaiamana banyaknya traffic yang dihasilkan melalui sosial media.

Tidak hanya berbicara masalah gol atau peluang yang tercipta, piala dunia Rusia juga berbicara sesuatu di luar lapangan.

Ada begitu banyak sikap-sikap positif yang layak diceritakan untuk bisa dijadikan motivasi buat pagelaran empat tahun kemudian.

Berikut di bawah ini 5 moment yang sulit dilupakan dari piala dunia Rusia yang menjadi faktor pembeda dibanding pagelaran lainnya, diantaranya :

1. Dominasi Sportivitas di Laga
Piala Dunia 2018 boleh dibilang tidak sempurna, terutama berkaitan dengan sportivitas. Aksi teatrikal Neymar dan beberapa pemain lain memang cukup viral di lini masa, namun, jika ada satu hal yang patut mendapat p[erhatian lebih, adalah maraknya aksi positif dari para pemain negara-negara lain di dalam maupun di luar lapangan.

Kita tentu tidak dapat melupakan tindakan Ronaldo yang membantu striker Uruguay, Edinson Cavani, yang cedera, untuk keluar dari lapangan di babak 16 besar. Sang bintang Portugal membopong Cavani dengan sabar, kendati negaranya saat itu tertinggal 1-2.

Di pertandingan lain beberapa pemain Swedia nampak menenangkan bek Swiss, Manuel Akanji, setelah bola yang memantul dari kakinya membuahkan gol kemenangan bagi Swedia di babak 16 besar. Hal serupa juga dilakukan oleh Rashford, kala Inggris sukses menyingkirkan Swedia 2-0 di babak perempatfinal.

Namun, yang mungkin tidak akan terlupakan, adalah aksi para pemain Jepang yang membersihkan loker mereka selepas kalah 2-3 dari Belgia. Kendati kalah dramatis melalui gol menit akhir, para pemain Jepang tetap disiplin dalam bertindak, dan mereka bahkan meninggalkan ucapan ‘terima kasih’ dalam bahasa Rusia di ruang ganti mereka. Sebuah contoh positif yang berhasil mempengaruhi fans mereka sendiri dalam bertingkah laku di luar lapangan.

2. Panggung Kuda Hitam

Harus diakui, publik jelas menjagokan nama-nama seperti Argentina, Jerman, Spanyol, dan Brasil, untuk bisa melaju ke final Piala Dunia 2018. Meskipun inklusi Prancis di final tidaklah aneh, namun negara-negara ‘raksasa’ lainnya justru terhempas, dan tidak jarang mereka ditumbangkan oleh negara-negara non-unggulan.

Keberhasilan Kroasia, yang jelas dipandang sebelah mata, melaju ke final dan memberikan perlawanan sengit, merupakan bukti adanya motivasi tinggi darin negara-negara non unggulan. Bahkan semangat serupa juga ditunjukkan oleh Korea Selatan yang menyingkirkan Jerman, Swiss yang menahan Brasil 1-1, Swedia yang secara mengejutkan lolos sebagai juara grup melampaui Meksiko dan Jerman, hingga Jepang yang bertarung hingga menit akhir sebelum kalah tipis dari Belgia. Tidak ketinggalan, Rusia yang selalu dipandang sebagai tim lemah, justru menembus perempatfinal pertama mereka sejak memisahkan diri dari Uni Soviet.

Semangat tempur semacam ini yang tidak sering kita temui di turnamen internasional yang seringkali hanya menjadi ajang unjuk kekuatan para kekuatan klasik di dunia sepakbola. Kendati tidak ada tim non-unggulan yang akhirnya meraih juara, mereka sukses memberikan tontonan yang berkesan bagi para penggemar sepakbola dunia.

 

 

 

 

 

3. Teknologi Sepakbola
Tidak bisa dimungkiri, teknologi garis gawang (VAR) menjadi faktor krusial pada Piala Dunia 2018 kali ini. Bagaimana tidak, hampir setiap pertandingan dipengaruhi oleh keputusan wasit yang berlandaskan dari pantauan VAR, tak terkecuali satu penalti oleh Prancis di laga final kontra Kroasia. Kekecewaan jelas menjadi momok bagi sebagian tim, namun suka cita juga menaungi tim lainnya.

Penggunaan VAR bisa dibilang menjadi poin dimulainya sepakbola modern, dengan segala kesalahan keputusan oleh wasit dapat diminimalisir melalui keberadaan teknologi tersebut. Satu hal yang akan berbeda dalam turnamen-turnamen internasional selanjutnya, adalah minimnya drama dan ketegangan terkait potensi keputusan yang salah oleh wasit, variabel yang selalu melekat pada berbagai pertandingan sepakbola selama ini.

4. Menyatukan Perbedaan

Kendati perhatian kita mungkin tersedot pada berbagai laga sengit yang terjadi selama satu bulan Piala Dunia 2018 berlangsung, namun, satu hal yang seharusnya tidak luput dari perhatian kita adalah betapa kosmopolitan-nya para tim yang berlaga di Piala Dunia kali ini.

Kompetisi akbar empat tahunan ini tidak bisa lepas dari keberadaan para pemain dari berbagai latar belakang suku dan etnis, yang kemudian bersatu di bawah panji negara tertentu. Kendati mereka mungkin bukanlah 100% masyarakat asli negara terkait, namun patriotisme mereka mampu dibuktikan di atas lapangan.

Hampir semua tim, terutama megara-negara Eropa, berisikan para pemain yang memiliki asal mula sebagai imigran, bahkan, banyak negara top yang sebagian besar didominasi oleh para pendatang. Portugal memiliki tidak kurang dari enam nama, termasuk Pepe dan Adrien Silva. Swiss dengan sembilan pemain, termasuk sang bintang utama, Xherdan Shaqiri, dan Inggris dengan 11 pemain di antaranya Raheem Sterling dan Kyle Walker, hingga Kroasia yang begantung kepada penampilan duo imigran mereka, Ivan Rakitic dan Mateo Kovacic.

Namun, jelas tidak ada yang mampu mengalahkan diversiifikasi tim yang dimiliki oleh sang juara dunia, Prancis. Hampir 90% dari skuat Les Bleus (19 orang) merupakan warga keturunan, termasuk beberapa pilar tim utama seperti Raphael Varane, Paul Pogba, N’golo Kante, Samuel Umtiti, dan Kylian Mbappe. Jika ada pelajaran yang bisa dipetik, Piala Dunia 2018 ini merupakan selebrasi bagi semua orang dari segala latar belakang, yang mampu bersatu demi satu tujuan.

 

 

 

5. Nilai Positif Fanatisme 
Hal terakhir yang bakal dikenang sebagai pembeda dalam Piala Dunia edisi 2018, tidak lain dan tidak bukan adalah para fans yang cenderung ‘fanatis’. namun, kata fanatis disini jelas jauh dari kesan negatif, bahkan cenderung sangat positif. Hal ini tidak lepas dari maraknya aksi inspiratif yang dilakukan fans dari berbagai negara peserta Piala Dunia.

Jika publik dibuat berdecak kagum dengan aksi para pemain Jepang yang membersihkan loker mereka selepas kekalahan kontra Belgia, para fans negeri Sakura sudah melakukan serupa bahkan sejak laga pertama fase grup, ketika mereka kedapatan membesihkan sampah-sampah di sekitar mereka. Hebatnya, aksi tersebut mengundang perhatian para fans negara lain, seperti Kolombia dan Senegal, yang kemudian turut berpartisipasi melakukan aksi bersih-bersih di laga-laga selanjutnya.

Tidak hanya itu, dunia juga dibuat tersentuh ketika melihat para fans Panama, yang tetap melakukan selebrasi kala negaranya dihancurkan Inggris 1-6 di fase grup. Kendati bagi beberapa pihak itu mungkin nampak berlebihan, namun bagi Panama yang baru pertama kali ikut dalam Piala Dunia, selebrasi mereka tujukan terhadap gol yang dicetak Felipe Baloy di menit ke-78, yang notabene-nya merupakan gol pertama Panama dalam sejarah Piala Dunia.

Masih banyak lagi contoh aksi positif para fans yang mungklin tidak terekam kamera. Satu yang pasti, keberadaan para fans yang tetap mendukung negaranya secara positif tanpa memandang hasil yang mereka dapatkan, serta tindak tanduk mereka yang jauh dari kata anarkis, menjadi tolak ukur tersendiri bagi betapa spesialnya Piala Dunia kali ini.

Related Articles

Back to top button