Top Skor

 5 Pemain ini paling terkenal Karena Teriakan Besarnya

Sepakbola selalu memiliki sisi lain dimana kita bisa bercerita tentang sesuatu diluar teknis di lapangan.

Dan kali ini kita punya satu hal yang jarang dibicarakan orang namun sulit dilupakan pecinta bola.

Hal itu adalah pemain-pemain yang dikenal punya semangat berapi-api.

Mereka adalah pemain dengan teriakan besar serta selalu ngotot di setiap laga yang dimainkan.

Dulu di Manchester United kita memiliki nama seperti Peter Schmeichel yang pernah membuat Gary Neville ketakutan.

Dan di bawah ini kami memiliki 5 nama lainnya yang justru lebih popular dibanding  Schmeichel di kategori ini.

Siapa sajakah mereka, berikut diantaranya :

5. Gennaro Gattuso

Siapa yang tidak mengenal nama yang satu ini? Gattuso selalu berapi-api ketika bermain hingga ia dijuluki Rhino. Dalam masa primanya, Gattuso tak pernah letih berlari menjaga zonanya di lini tengah dan berlari mengejar lawan untuk merebut bola.

Pria asal Italia ini dikenang sebagai legenda AC Milan yang bermain pada medio 1999-2013. Dalam kurun waktu tersebut, Gattuso telah meraih dua titel Champions League, dua Serie A, dan dua titel UEFA Super Cup.

Gattuso juga memiliki perawakan yang sangar: brewok tebal dan memiliki rambut yang gondrong. Ia tidak segan ribut dengan lawan ketika melihat ada sesuatu yang tidak benar, bahkan…memukul seorang Zlatan Ibrahimovic. Satu momen terkenal lainnya dari Gattuso terjadi kala ia menyerang mantan asisten manajer Tottenham Hotspur, Joe Jordan.

4. Roy Keane

Nama yang satu ini tidak bisa disingkirkan jika berbicara menyoal pemain yang berapi-api ketika bermain. Keane merupakan mantan kapten Man United yang sering berurusan dengan pengadil lapangan karena permainan kerasnya.

Pria kelahiran Cork, 10 Agustus 1971 merupakan gelandang petarung yang selalu merebutkan bola dalam tiap pertempuran dengan lawan. Rivalitas dengan legenda Arsenal, Patrick Vieira, sangat kondang dan dikenang hingga saat ini.

Keane membela Man United pada tahun 1993 hingga 2005 dengan raihan tujuh titel Premier League, empat FA Cup, dan satu titel Champions League. Saat ini, Keane menjadi asisten manajer Timnas Republik Irlandia.

3. Antonio Conte

Semangat berapi-api Conte tak lekang oleh waktu, meski saat ini dia telah menjadi pelatih. Conte selalu memperlihatkan ekpresinya saat memimpin timnya -saat ini melatih Chelsea- bertanding.

Karakter seorang Conte nyatanya sudah dapat dilihat sejak masa lalu. Conte yang notabene kapten Juventus pada medio 1991-2004 juga memiliki semangat bermain yang tinggi. Jangan pernah meragukan passion-nya dengan sepak bola, Conte siap mengorbankan segalanya demi sepak bola.

Berbekal sejumlah prestasi titel Serie A dan Champions League bersama Juventus, Conte kini salah satu pelatih top yang telah membawa Juventus meraih tiga Scudetto beruntun dan satu titel Premier League untuk Chelsea.

2. Oliver Kahn

Ketika masih aktif bermain sebagai kiper, Kahn merupakan penjaga gawang yang disegani lawannya karena sosoknya yang besar. Bukan hanya ia mengambil komando di lini belakang Bayern Munchen dan Timnas Jerman, Kahn juga sosok yang vokal.

Khan selalu berteriak kepada rekan setimnya jika melihat ada yang salah dengan permainan timnya. Dalam beberapa momen ia pernah terlibat keributan dengan Miroslav Klose, Nelson Valdez, dan Daniel van Buyten. Sosoknya begitu mengerikan.

Kahn merupakan legenda Bayern yang bermain pada kurun waktu 1994-2008 dengan raihan trofi: delapan Bundesliga, enam DFB Pokal, lima DFB Ligapokal, satu Champions League, UEFA Cup, dan Intercontinental Cup.

1. Stefan Effenberg

Jerman kembali mengirim perwakilannya pada diri Effenberg, legenda Borussia Monchengladbach dan Bayern. Penilik julukan Der Tiger (Si Macan) memiliki jiwa kepemimpinan, yang dikombinasikan dengan kualitas teknik seperti operan berpresisi tinggi, kekuatan fisik, dan kemampuan melepaskan tendangan keras.

Akan tetapi, di sisi lainnya ia juga memiliki karakter yang kontroversial, plus ditakuti – lawan dan juga kawan. Tipe pemain seperti Effenberg ini sangat disukai oleh fans karena karakternya menunjukkan, bahwa Effenberg tidak pernah ingin kalah.

Related Articles

Back to top button