Top Skor

5 Moment Terbaik Berlusconi Bersama AC Milan

Salah satu pengabdian pemilik terbaik di dunia adalah Silvio Berlusconi. Tepat 20 Februari yang lalu, genap 30 tahun ia memimpin AC Milan. Total ada 28 gelar juara yang sudah ia persembahkan. Hal ini belum ditambah bagaimana banyaknya fans atau milanisti yang bertambah setiap tahunnya.

Dalam 30 tahun kepemimpinannya ada begitu banyak momen berharga yang didapat Berlusconi dan AC Milan. Moment-moment seperti apa sajakah itu dan bagaimana Berlusconi meraihnya? Berikut kami sajikan 5 moment terbaik Berlusconi selama memimpin Milan di periode 30 tahun lamanya :
Arrigo Sacchi


1. Menunjuk Arrigo Sacchi sebagai pelatih

Berlusconi memilih Sacchi sebagai pelatih AC Milan pada awal musim 1987-88. Keputusan Berlusconi menunjuk Sacchi sebagai allenatore skuat Merah-Hitam sempat menjadi perdebatan. Sebab, pria asal Italia itu tidak memiliki karier cemerlang sebagai pesepak bola, namun diprediksi bakal gagal ketika melatih sebuah klub.

Akan tetapi, Berlusconi mengabaikan kritikan tersebut dan memberikan dukungan penuh kepada Sacchi. Hingga akhirnya, Sacchi yang mengandalkan formasi 4-4-2 dengan memadukan taktik Catenaccio dan Total Football, mampu membalas kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan prestasi gemilang.

Di bawah asuhan Sacchi dari 1987 hingga 1991, AC Milan sukses merengkuh sembilan gelar juara, termasuk satu trofi Serie A (1987-1988) dan dua titel juara Piala Champions dua musim secara beruntun, yakni 1988-89 serta 1989-90.


2. Menjuarai Piala Champions musim 1988-89

Saat membeli saham mayoritas AC Milan, Berlusconi berambisi membawa Il Diavolo Rosso kembali berjaya di kompetisi Eropa. Apalagi, Milan telah 20 tahun puasa gelar Piala Champions.

Penantian itu pun akhirnya usai pada musim 1988-89. I Rossoneri yang dilatih Sacchi berhasil menjadi kampiun Piala Champions setelah membungkam Steaua Bucharest, empat gol tanpa balas dalam laga final yang dihelat di Camp Nou. Keempat gol Milan disarangkan Ruud Gullit pada menit ke-18 dan 39, serta Marco van Basten menit ke-27 dan 47.

“Kemenangan 4-0 atas Steaua Bucharest dalam final Piala Champions di Barcelona tidak terlupakan. Saya tidak akan lupa melihat Camp Nou dipenuhi bendera Rossoneri. Tidak hanya tim, semua suporter Milan memenangkan trofi itu,” kenang Berlusconi.


3. Membungkam Barcelona di Final Liga Champions musim 1993-94

Selepas Sacchi, AC Milan di bawah kepemimpinan Berlusconi juga memiliki pelatih hebat lainnya, yakni Fabio Capello. Diasuh Capello dari 1991 hingga 1996, Milan menjadi tim yang ditakuti baik di Italia dan Eropa.

Bahkan, I Rossoneri mendapat julukan Gli Invicibli, karena tak terkalahkan dalam 58 pertandingan di seluruh ajang kompetisi dari 19 Mei 1991 hingga 21 Maret 1993. Tak heran jika Capello adalah salah satu pelatih tersukses pada era Berlusconi, karena mampu membawa Milan meraih delapan gelar juara.

Salah satu prestasi terbaik Capello adalah menjuarai Liga Champions musim 1993-94. Menghadapi Barcelona dalam partai final yang berlangsung di Olympic Stadium, Athena, Yunani, 18 Mei 1994, AC Milan yang tak diunggulkan mampu menang 4-0. Bagi Berlusconi, itu adalah trofi ketiganya di Piala/Liga Champions sebagai bos Milan.

4. Kemenangan terbesar dalam Derby della Madonnina

Duel kontra Inter Milan kerap menguras emosi dan tenaga. Berlusconi pun selalu menyempatkan diri untuk menyaksikan langsung laga bertajuk Derby della Madoninna tersebut.

Salah satu laga yang paling berkesan bagi Berlusconi adalah pertandingan pekan ke-30 Serie A musim 2000-01. I Rossoneri yang bertindak sebagai tim tamu berhasil melumat Il Biscione, enam gol tanpa balas. Keenam gol Milan disarangkan Gianni Comandini pada menit ke-3 dan 19, Federico Giunti pada menit ke-51, Andriy Shevchenko pada menit ke-57 dan 68, serta Serginho pada menit ke-81.

Sayangnya, AC Milan gagal menutup musim tersebut sebagai juara. Skuat Merah-Hitam hanya mampu finis di peringkat keenam klasemen akhir Serie A dengan mendulang 49 poin atau tertinggal 26 poin dari AS Roma yang keluar sebagai kampiun.

5. Balas dendam kepada Liverpool di Liga Champions

AC Milan merupakan salah satu tim unggulan di Liga Champions musim 2004-2005. Mengandalkan Cafu, Paolo Maldini, Clarence Seedorf, Kaka, hingga Andriy Shevchenko, I Rossoneri berhasil melenggang hingga ke final dan menghadapi Liverpool di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, Turki, pada 25 Mei 2005.

Milan pun mengawali laga dengan baik karena unggul 3-0 atas Liverpool pada babak pertama. Tiga gol AC Milan disarangkan Maldini pada menit ke-1 dan Hernan Crespo pada menit ke-39 serta 44. Akan tetapi, Il Diavolo Rosso lengah pada interval kedua hingga membuat The Reds mampu menyamakan angka berkat gol Steven Gerrard pada menit ke-54, Vladimir Smicer pada menit ke-56, dan Xabi Alonso pada menit ke-60.

Skor 3-3 bertahan hingga 2×45 menit usai dan perpanjangan waktu. Ambisi AC Milan meraih gelar juara akhirnya kandas setelah kalah 2-3 dari Liverpool lewat drama adu penalti.

Dua tahun berselang atau Liga Champions musim 2006-07, Milan kembali bersua Liverpool di final yang dihelat di Olympic Stadium, Athena, Yunani, 23 Mei 2007. Kali ini, I Rossoneri yang keluar sebagai juara sekaligus meraih trofi Liga Champions yang ketujuh.

AC Milan sukses membungkam Liverpool dengan skor 2-1. Sepasang gol Milan dicetak Filippo Inzaghi pada menit ke-45 dan 82. Sementara itu, gol tunggal The Reds disarangkan Dirk Kuyt pada menit ke-89.

“Kalah dari Liverpool di Istanbul setelah unggul 3-0 pada babak pertama, menjadi momen terburuk. Namun, kami sudah melupakan hal tersebut berkat dua gol Pippo Inzaghi di final melawan Liverpool, dua tahun kemudian,” ujar Berlusconi.

Related Articles

Back to top button