Top Skor

5 Trio Terbaik di Sepakbola Sepanjang Masa

Berbicara sepakbola modern saat ini, kita akan banyak melihat sebuah tim bermain dengan trio andalannya. Dulu kita masih mengingat bagaimana duet atau duo dalam sebuah tim sangat diandalkan. Kita bisa mengingat kembali bagaimana MU pernah dibela oleh duo keling Dwight Yorke dan Andy Cole. Atau ada duo Chilli dalam diri Ivan Zamorano dan Marcelo Salas. Tidak hanya di lini serang saja, lini pertahanan juga mencatat sejarah dengan duo pertahanan AC Milan dalam diri Paolo Maldini dan Alessandro Nesta atau Juventus dengan Ciro Ferrara dan Paolo Monteronya.

Saat ini atau 10 tahun ke belakang sepakbola identik dengan formasi 4-3-3. Frank Riijkaard adalah pelatih pertama yang berhasil di era tersebut. Ia berhasil mengantarkan Barcelona menjadi juara dengan trio mautnya saat itu seperti Samuel Eto’o, Ronaldinho dan Giuly. Trio lainnya yang trio Belanda dalam diri Ruud Gullit, Van Basten dan Frank Riijkaard, ketiganya pernah menghasilkan juara untuk Belanda di Piala eropa dan Seri A serta liga champion untuk AC Milan. Namun bicara trio maut lainnya yang pernah dikenal, kami memiliki nama-namanya seperti dibawah ini :
trio msn

5. Trio Class of 92 (David Beckham, Ryan Giggs, Paul Scholes)

David Beckham, Ryan Giggs, dan Paul Scholes mungkin tiga nama yang paling terkenal di antara anggota Class of 92 lainnya seperti Phill dan Garry Neville juga Nicky Butt. Maklum, ketiganya bertipe gelandang serang.

Di bawah asuhan Sir Alex Ferguson, ketiganya menjadi pilar penting kesuksesan Manchester United menguasai Inggris di era 90an hingga awal 2000an. Puncak dari kesuksesan itu adalah saat Setan Merah mampu meraih treble winners (trofi Liga Champions, Piala FA, dan Liga Inggris) di musim 1998/99.

Sayangnya, Beckham kemudian memilih pisah jalan dengan hengkang ke Real Madrid pada 2003. Ini membuat Beckham gagal masuk ke dalam 10 besar pemain dengan catatan penampilan terbanyak bagi MU.

Meskipun demikian, Becks -sapaan akrab Beckham- tetap masuk ke dalam jajaran legenda MU. Sambutan hangat dari para fan Setan Merah selalu dia dapatkan ketika kembali ke Old Trafford.

4. Trio United Trinity (George Best, Denis Law, Sir Bobby Charlton)

Jauh sebelum trio Class of 92, Manchester United memiliki trio yang tak kalah mematikan. Ya, trio ni dikenal dengan trio United Trinity yang beranggotakan George Best, Denis Law, dan Sir Bobby Charlton.

Patung ketiganya yang berdiri tegak di bagian luar markas MU, Stadion Old Trafford adalah bukti sahih betapa trio ini sangat dihormati di MU. Hal tersebut tak terlepas dari keberhasilan ketiganya mengantarkan MU menjadi klub Inggris pertama yang meraih Liga Champions (saat itu bernama Piala Eropa) di musim 1968.

Bukti lainnya adalah saat ketiganya secara bergantian memenangkan gelar sebagai Pemain Terbaik Dunia. Dennis Law memenangkannya di tahun 1964, disusul dua tahun kemudian pada 1966 oleh Bobby Charlton dan George Best pada 1968.

Kehebatan ketiganya bahkan mendapat pengakuan dari manajer legendaris Liverpool, Bill Shankly. Saat hendak berhadapan dengan MU, Shankly menenangkan para pemainnya yang akan berhadapan dengan trio MU tersebut.

“Saya mengambil figura yang melambangkan ketiganya lalu menaruhnya di kantong dan saya mengatakan pada para pemain saya, ‘jangan khawatir mereka tidak bisa bermain.’ Charlton, Best dan Law adalah tiga dari para pemain terbaik di dunia,” ujar Shankly.

3. Trio Lionel Messi, Xavi Hernandez, Andres Iniesta

Mustahil menyebut tiki-taka yang dipraktikkan Pep Guardiola di Barcelona, tanpa menyebut ketiga Xavi Hernandez, Lionel Messi dan Andres Iniesta. Ya, ketiganya adalah tulang punggung dari taktik yang berhasil membawa Barcelona menjadi klub terbaik di dunia.

Perpaduan Xavi dan Iniesta boleh dibilang perpaduan yang sempurna. Intelejensi Xavi dalam mengatur tempo permainan, diimbangi dengan kreativitas Iniesta membuka ruang. Dan akhirnya, pagelaran olah bola kelas tinggi keduanya, diakhiri oleh sentuhan predator seorang Messi.

Performa ketiganya sempat menurun saat Pep Guardiola memutuskan hengkang pada 2012. Tercatat, hanya satu gelar juara Liga Spanyol dan satu gelar Piala Super Spanyol yang berhasil mereka raih.

Kejayaan trio ini perlahan memudar setelah Xavi mulai termakan usia dan terpinggirkan dari tim utama. Xavi pun pindah di akhir musim 2015 ke klub Qatar, Al Sadd.


2. Trio BBC (Gareth Bale, Karim Benzema, Cristiano Ronaldo)

Gareth Bale boleh dibilang bagian puzzle yang selama ini dicari Real Madrid untuk memenangkan La Decima -gelar kesepuluh Liga Champions. Bale adalah penyempurna dari lini serang Madrid yang diisi Cristiano Ronaldo dan Karim Benzema.

Ketiganya membentuk trio lini depan yang menakutkan yang kemudian dikenal dengan trio BBC. Puncak kejayaan trio BBC terjadi di masa Carlo Ancelotti musim 2013/14. Total, di musim itu mereka mempersembahkan 97 gol bagi El Real dan sukses menghantarkan Madrid meraih gelar kesepuluh Liga Champions.

Performa ketiganya lalu menurun saat Madrid ditangani Rafael Benitez. Hal itu tak terlepas dari ketidakcocokan Ronaldo dengan metode latihan Benitez. Manajemen Madrid lalu memilih untuk memecat Benitez awal Januari ini.

Kini, di bawah asuhan Zinedine Zidane, trio BBC mencoba bangkit kembali. Sihir Zizou -panggilan akrab Zidane- dipercaya mampu membawa trio BBC kembali menjadi trio yang menakutkan di Eropa dan dunia. Dan akhirnya Zizou berhasil memaksimalkan BBC untuk meraik gelar kesebelas liga champion mereka akhir pekan lalu.

1. Trio MSN (Lionel Messi, Luis Suarez, Neymar)

Keputusan Barcelona mendatangkan Luis Suarez di awal musim 2014/15 terbukti tepat. Suarez mampu menjadi rekan sepadan bagi Lionel Messi dan Neymar, meski harus lebih dulu menepi selama beberapa bulan akibat sanksi FIFA.

Trio MSN, begitu ketiganya disebut, menjadi rival utama bagi trio BBC milik Real Madrid. Dan di musim lalu, trio MSN berhasil mempecundangi trio BBC dengan berhasil menghantarkan Barca meraih treble winners. Musim ini pun MSn tidak terlalu mengecewakan dimana mereka menghadirkan double winner untuk Barcelona

Sebagai trio, memang ketiga pemain ini boleh dibilang memiliki kemampuan yang lengkap. Masing-masing dari mereka memiliki gocekan aduhai khas Amerika Latin.

Kemampuan itu ditunjang dengan kesediaan ketiganya untuk berbagi peran. Bek Barcelona, Gerard Pique mengakui hal tersebut.

“Ketiganya saling mengerti dengan sempurna dan itu terbukti di atas lapangan,” kata Pique di Daily Mail.

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button