Top Skor

5 Alasan Penurunan Performa Manchester City dalam 5 Pekan Terakhir

 

Manchester City sedang mengalami periode setelah dalam lima laga terakhir tidak bisa memenangkan satu laga pun. Ini menjadi pertanyaan yang harus dijawab Pep Guardiola dimana sebelumnya ia menunjukkan performa meyakinkan dengan rentetan kemenangan. Pep Guardiola sendiri mampu menghadirkan 10 kemenangan beruntun di laga-laga awal.

 

 

Banyak hal yang bisa menjadi penyebab kenapa Man City begitu mereosot, dan kekalahan yang paling memalukan tentunya kekalahan setelah ditundukkan Barca 4-0 tanpa balas. Dan akhir pekan kemarin, walaupun bermain dikandang sendiri City kembali tidak bisa menang setelah ditahan Southampton 1-1. Berikut analisa kami tentang catatan buruk City tersebut :

de-bruyne

  1. Butuh Modifikasi Permainan

Pep Guardiola datang ke Etihad Stadium membawa ide-ide baru. Hal itu terlihat sejak awal musim ini. Kemenangan beruntun langsung diraih Manchester City di berbagai ajang.

 

Namun, hal itu bukan berarti lawan-lawan mereka tidak mengamati dan menarik pelajaran. Sementara sistem yang dibangun Guardiola bersama Manchester City masih di tahap awal, tim-tim lain mulai beradaptasi dengan perubahan itu.

 

Ketika ide brilian Pep tidak bisa diterjemahkan dengan cukup baik oleh para pemain atau lawan sudah membacanya, hasilnya adalah perlawanan setimpal dan hasil yang dicapai tidak begitu maksimal.

  1. Keseringan Merubah Formasi

Pep Guardiola tampaknya belum bisa menemukan formasi ideal yang bisa dijadikan pakem untuk tiap pertandingan. Boleh jadi juga memang ia ingin timnya bisa cukup fleksibel dengan beberapa formasi yang berbeda.

 

Di partai UCL di kandang Celtic, City memakai formasi 4-1-4-1 dan laga berakhir seri 3-3. Di White Hart Lane, Guardiola memakai 4-2-3-1 dan timnya kalah 0-2 dari Tottenham Hotspur. Selanjutnya, ketika menjamu Everton di Etihad, Pep mencoba formasi 3-4-3 namun sayangnya hanya berakhir ibang 1-1.

 

Di ajang reuni di Camp Nou, Pep mencoba menahan laju Lionel Messi dkk, dengan 4-2-3-1 dan hasilnya jauh di bawah harapan, timnya dibantai 0-4. Terakhir, ketika menjamu Southampton akhir pekan lalu, Guardiola mencoba lebih agresif dengan formasi 3-4-2-1, sementara Soton memakai 4-3-1-2. Hasilnya imbang 1-1.

 

Perubahan formasi pada tiap pertandingan ini pastinya butuh kemampuan adaptasi yang baik bagi para pemain. Mengingat hasil yang didapat dalam lima partai terakhir, perubahan formasi bisa dikatakan menjadi salah satu faktor penurunan performa mereka.

  1. Tidak Stabilnya Lini Pertahanan

Ketika memainkan empat bek, Pep cenderung menyukai duet Stones-Otamendi di tengah, sementara lini sayap biasanya dihuni oleh Zabaleta-Kolarov. Namun, untuk formasi yang memakai tiga bek, ada perubahan di jantung pertahanan City.

 

Di partai melawan Everton, bek tengah diisi oleh John Stones didampingo oleh Clichy-Otamendi, sedangkan ketika melawan Southampton, jantung pertahanan dipercayakan kepada Vincent Kompany ditemani Stones-Kolarov.

 

Dua varian bek itu sama-sama membuahkan masing-masing satu gol untuk lawan. Terakhir kali City tampil tanpa kebobolan adalah ketika melawan Bournemouth. Ketika itu ada empat bek yang terdiri dari Clichy-Kolarov-Otamendi-Sagna.

 

Jadi, Pep tampaknya masih mencari ramuan untuk lini belakang yang lebih stabil untuk masing-masing taktik yang ingin ia terapkan.

  1. Resiko Rotasi Bintang

Dengan bujet transfer yang besar, skuat Manchester City dipenuhi pemain-pemain bintang layaknya tim-tim kaya. Mereka pun pasti ingin tampil secara reguler. Sehingga jika tak cukup banyak diturunkan, bintang-bintang itu bakal pergi ke klub lain.

 

Untuk mengatasi hal ini harus ada sistem rotasi. Lini depan City tercatat punya tiga nama besar. Sergio Aguero adalah yang utama, Nolito prioritasnya kedua, dan Iheanacho menjadi pelapis ketiga. Di lini serang tampaknya tak terlalu banyak masalah. Ketiga penyerang telah tampil masing-masing dalam tujuh partai Premier League. Pembagian terlihat cukup adil.

 

Untuk lini tengah, pilihannya jauh lebih banyak. Raheem Sterling tampaknya menjadi tumpuan lini tengah bersama David Silva, Fernandinho, dan Kevin De Bruyne.

 

Namun, masih ada beberapa nama yang pastinya ingin juga masuk skuat inti. Di situ setidaknya ada Leroy Sane, Ilkay Gudogan, Jesus Navas, Fernando, Fabian Delph, sampai Yaya Toure. Mereka semua tak bisa hanya didiamkan di bangku cadangan. Bahkan kiper pun telah beberapa kali dirotasi antara Claudio Bravo dan Wilfredo Caballero.

 

Para bek pun sama. Banyak pilihan tak selalu berarti konsistensi terjaga dengan memakai beberapa pemain yang berbeda-beda. Tidak jarang klub bertabur bintang malah menjadi tim inkonsisten sepanjang musim.

  1. Masalah Kekreativitasan

Dua gelandang ini tadinya menjadi sumber kreativitas Manchester City di bawah Pep Guardiola. Namun, setelah kekalahan mengenaskan melawan Barcelona, kreativitas kedua pemain terlihat merosot kian tajam. Performa melawan Southampton mungkin adalah yang terburuk sejauh ini.

 

Pergerakan bola dari tengah tidak secepat biasanya di babak pertama. Silva dan De Bruyne berduet di belakang Sergio Aguero, namun laga melawan Soton itu hanya berakhir seri. Penempatan Ilkay Gundogan dan Fernandinho di tengah tampaknya bukan solusi yang tepat.

 

 

 

Related Articles

Back to top button