Formasi

Indonesia Perlu Belajar Sepak Bola kepada Jepang

 

[Image: images_12.jpg]

Kompetisi Liga Jepang atau J-League sedang
memperluas pasarnya di Indonesia. Hal itu
terlihat dari keputusan salah satu klub asal
Jepang, Ventforet Kofu, merekrut Irfan Bachdim.

Bachdim bergabung dengan Ventforet setelah
mantan pemain Persema Malang tersebut lolos
trial pada Desember 2013. Bachdim mengikuti
trial atas undangan Ventforet dan Prefektur
(Provinsi) Yamanashi.

Dengan bergabungnya Irfan, J-League berharap
lebih banyak mendapatkan eksposur di Indonesia
dan meningkatnya wisatawan Indonesia ke Jepang.

Selain Ventforet, Gamba Osaka sebagai juara
J-League Divisi 2 pada musim 2012-2013, juga
sedang mencari tiga pemain berbakat asal Indonesia
di bawah umur 17 tahun melalui seleksi yang digelar
di Lapangan Pertamina Soccer School sejak 11
Januari hingga 26 Februari 2014.

Seleksi ini langsung dipantau Direktur Divisi Kompetisi
dan Manajemen Pemasaran J-League, Daisuke Nakanishi.

Kompas.com berkesempatan mewawancarai Daisuke
mengenai kerjasama antara Jepang dan Indonesia.

Anda akan menandatangani kerja sama dengan PSSI.
Seberapa besar manfaatnya kerja sama ini bagi
kedua negara?

Kami memikirkan manfaat jangka panjang.
Selama ini, negara-negara di Asia cenderung
berkiblat kepada sepak bola Eropa. Negara-
negara Asia tingkat ekonominya sedang berkembang
dan pasar potensial. Dengan perjanjian ini, diharapkan
kiblat sepak bola ke Asia, khususnya Jepang.

Apa yang diharapkan dari kerja sama ini dalam
10 tahun ke depan selain sisi komersial?

Dengan berkembangnya hubungan Indonesia
dan Jepang, diharapkan memberikan efek positif.
Jika kita berbicara Asia Champions League, yang
biasa juara berasal dari tim Jepang, Korea, dan
timur tengah. Harus diakui perkembangan di
ASEAN masih lambat. Jadi, hubungan ini penting.
Sepak bola Asia bisa berkembang lebih baik lagi.
Itulah poin yang kami harapkan.

Ventforet merekrut salah satu pemain tim
nasional Idonesia, Irfan Bachdim. Padahal
kualitas kompetisi sepak bola Indonesia di
bawah Jepang. Keuntungan yang diharapkan
memiliki pemain Indonesia di J-League?

Iya. Sekalipun seperti itu, kalau ada pemain
Indonesia berlatih dari kecil di Jepang, bakal
muncul pemain Indonesia yang hebat. Jadi,
kita perlu pembinaan jangka panjang. Bukan
cuma 2-3 tahun saja. Sebelum ada J-League,
Jepang sering dikatakan memiliki pemain dengan
fisik lemah jika dibandingkan pemain Eropa.
Sekarang, kita lihat Keisuke Honda (AC Milan)
dan Yuto Nagatomo (Inter Milan), pemain yang
bukan memiliki fisik lemah. Pemain Indonesia
melalui pembinaan jangka panjang pastinya akan
menciptakan pemain yang handal.

[Image: images_17.jpg]

Apakah J-League akan mendorong klub-klub lain
melakukan hal yang sama seperti dilakukan
Gamba Osaka?

Dengan adanya kegiatan seperti ini, klub-klub lain
akan mengikuti. Mungkin ada klub lain yang sudah
melakukan hal sama atau kerja sama dengan
Indonesia dengan cara lain. Tergantung klub-klub
lain. Namun, apa yang dilakukan Gamba, jadi titik
awal pengembangan pasar.

Sumber : KOMPAS.com

Related Articles

Back to top button