Top Skor

5 Rekan Setim yang Terkenal Saling Bermusuhan

Menjadi rekan setim seharusnya menjadi lebih kompak, saling bahu membahu untuk meraih kemenangan tim. Namun dalam meraih kemenangan itu, ada beberapa konflik yang sering ditemukan. Dan konflik yang paling sering terjadi adalah gesekan antar teman setim yang mungkin jarang diketahui para pecinta sepakbola.

 

 

Dibawah ini kami memiliki 5 contoh gesekan antar rekan setim yang sebagian mungkin bisa kita lihat saling akur di depan televise. Padahal yang terjadi mereka pernah berkonflik dan sering berselisih. Hanya saja kepemimpinan pelatih yang membantu semuanya sehingga tidak kelihatan berlebihan di atas lapangan. Siapa sajakah mereka, berikut diantaranya :

 

ronaldo dan bale

  1. Jens Lehmann and Manuel Almunia (Arsenal)

Setiap pemain tentu bakal tergantikan, dan dalam sepak bola itu adalah hal biasa. Namun, mantan kiper Arsenal, Jens Lehmann dan Manuel Almunia pernah berseteru soal itu.

 

Lehman sebenarnya sangat ingin tetap menjaga kariernya meski sudah berusia 40 tahun kala itu. Namun, kehadiran Almunia mengubur semuanya.

 

Arsene Wenger bahkan mengaku tak bisa memberi pengertian kepada Lehmann setelah digantikan Alumunia. Keduanya akhirnya terlibat perang dingin tanpa bertegur sapa.

 

Lehmann akhirnya meninggalkan Arsenal pada Mei 2008. Namun dia sempat balik lagi ke Arsenal pada musim 2010/11 karena Arsenal krisis kiper.

 

  1. Andrew Cole dan Teddy Sheringham (Manchester United)

 

Banyak yang bilang kalau untuk sukses, kultur persahabatan menjadi kunci kesuksesan klub. Namun hal itu tak terjadi di Manchester UNited dengan Andrew Cole dan Teddy Sheringham.

 

Pada tahun 1990-an, Cole dan Sheringham sering terlibat perang panas. Bahkan, di dalam lapangan keduanya nyaris tak pernah berkoordinasi dan berbicara. Keduanya saling tak peduli satu sama lain.

 

Andy Cole lebih beruntung karena selalu mendapatkan kepercayaan dari Alex Ferguson. Dia selalu ditempatkan sebagai starter bersama Dwight Yorke.

 

Sedangkan Teddy Sheringham hanya menjadi pemain pelapis saja. Namun golnya di Liga Champions 1999 membuat dia menjadi supersub di MU. Pertengkaran keduanya dimulai gara-gara pelecehan Teddy Sheringham kepada Cole di timnas Inggris.

 

  1. Zlatan Ibrahimovic dan Edinson Cavani (PSG)

Striker Paris Saint Germain (PSG), Edinson Cavani tampak-nya benar-benar tak menyukai mantan rekan setimnya, Zlatan Ibrahimovic. Meskipun tawaran dari sejumlah klub besar terus berdatangan untuk mengajaknya hijrah, namun Cavani masih enggan memilih karena menunggu keputusan dari Zlatan Ibrahimovic untuk cabut.

 

Menurut laporan dari harian Le Parisien, bahkan keduanya jarang bertegur sapa di ruang ganti. Itu karena Cavani selalu menjadi ban serep kala Ibra masih bermain di klub Prancis tersebut.

 

Padahal, Cavani merasa punya kemampuan yang sama dengan Ibra. Dia pun diboyong PSG dengan transfer yang mahal. Terbukti setelah Ibra hijrah, Cavani menjadi ujung tombak PSG.

 

  1. Thierry Henry dan Jose Antonio Reyes (Arsenal)

Henry pernah menjadi salah satu pemain paling penting di Arsenal selama awal 2000-an. Kedatangan Jose Antonio Reyes, bagaimanapun, membawa beberapa perubahan.

 

Lebih parahnya lagi Henry langsung antipati pada semua pemain asal Spanyol kala pelatih Spanyol masa lalu, Luis Aragones menghina Henry dengan kata-kata rasis. Dampaknya pun berujung dengan kebenciannya yang tidak terarah kepada Reyes.

 

Padaha, Reyes yang tiga musim di Arsenal boleh disebut jadi bumper Henry saja. Dia tampil sebagai supersub di beberapa laga penting, utamanya di Liga Champions 2005/06 saat Arsenal tembus ke final Liga Champions.

 

Sayang, Arsenal saat itu kalah dari Barcelona. Thierry Henry yang tampil di final pun akhirnya memilih hengkang ke klub rival Arsenal di Liga Champions itu.

  1. Cristiano Ronaldo dan Bale (Real Madrid)

Sedianya kedua pemain sama-sama jadi aktor penting Madrid saat meraih La Decima pada musim 2013-14 lalu. Namun malah, hal itu malah percikan api tercipta lantaran Ronaldo tak terlalu suka dengan musim gemilang Bale.

 

Ada satu momen yang tak terelakkan. Sebab, baik Ronaldo atau Bale jarang merayakan gol ketika salah satu di antara mereka mencetak gol. Bahkan, peraih empat Ballon d’Or itu kerap kesal ketika Bale lebih banyak menendang bola langsung, ketimbang mengopernya.

 

Egoisme dua megabintang ini malah tidak menguntungkan Real Madrid. Di saat-saat genting saat Real Madrid butuh kemenangan, keduanya malah tampil egois.

 

Related Articles

Back to top button