Top Skor

5 Asistan Pelatih yang Sukses Besar Ketika Menjadi Manager Klub

Dalam sepakbola roda kehidupan itu terus berputar.

Tidak selamanya kita berada di bawah atau di posisi tertentu.

Ada begitu banyak contoh sejarah dimana seorang pemain dapat mengubah jalan karirnya.

Buffon dan Casillas adalah kiper cadangan yang sukses menggantikan kiper inti kala laga berlangsung.

Kedua legenda itu menjawab dengan baik tantangan dan besar menjadi salah dua kiper terbaik di dunia sepanjang masa.

Begitu pula di dunia kepelatihan,  setidaknya kami memiliki 5 asistan pelatih yang mampu menjadi pelatih sukses saat ini.

Siapa sajakah mereka,  berikut daftarnya :

5. Jose Mourinho

Siapa bilang harus jadi pesepakbola top terlebih dahulu jika ingin sukses menjadi pelatih? Buktinya, Jose Mourinho bisa tetap sukses, meski kariernya sebagai pesepakbola profesional, hanya sebatas bermain untuk Rio Ave, Belenenses, Sesimbra, dan Comercio e Industria (entah klub apa ini).

Mourinho, 55 tahun, bisa disebut sebagai manajer tersukses di era sepak bola modern. Hal itu bisa dilihat dari trofi-trofi yang pernah diraihnya bersama FC Porto, Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, dan klubnya saat ini, Manchester United.

Dahulu kala pada medio 1994-2000, Mourinho menimba ilmu bersama dua pelatih top, Sir Bobby Robson dan Louis van Gaal. Dari sekedar penerjemah untuk Robson, Mourinho menjadi asisten pelatih di Sporting Lisbon dan Barcelona, sebelum akhirnya mulai melatih klubnya sendiri, Benfica, pada tahun 2000.

4. Bob Paisley

Bob Paisley seumur hidupnya didekasikan untuk Liverpool sebagai pemain, asisten manajer, dan manajer. Mendiang Paisley meneruskan kesuksesan Liverpool di medio 1950 sampai 1980-an yang sudah direvolusi oleh salah satu manajer terhebat klub, Bill Shankly.

Menjadi asisten pelatih Shankly pada tahun 1959-1975, Paisley promosi sebagai manajer Liverpool pada tahun 1974 dan terus melatih The Reds hingga tahun 1983. Dalam kurun waktu tersebut, Paisley menikmati kesuksesan besar melalui raihan 20 trofi besar, termasuk tiga European Cups (format sebelum Champions League).

3. Zinedine Zidane

Karier kepelatihan Zinedine Zidane melejit cepat bagaikan roket. Baru sebentar ia menjadi asisten pelatih Carlo Ancelotti di Real Madrid pada tahun 2013, serta melatih Real Madrid Castilla pada tahun 2014, Zidane sudah sangat sukses melatih Madrid sejak menggantikan Rafael Benitez pada Januari 2016.

Zizou – sapaan akrab Zidane – sudah mempersembahkan dua Champions League, satu La Liga, satu Spanish Super Cup, dua UEFA Super Cup, dan dua FIFA Club World Cup. Zidane memang minim pengalaman melatih, tapi, sosoknya yang karismatik sangat disegani di ruang ganti pemain, yang dihuni pemain-pemain bintang dengan ego besar. Kesuksesan Zidane sebagai pemain dahulu menjadi salah satu alasan mengapa dia begitu disegani, bahkan oleh seorang Cristiano Ronaldo sekalipun.

2. Andre Villas-Boas

Dibawa ke Porto pada usia 16 tahun oleh Sir Bobby Robson, Andre Villas-Boas banyak berguru kepada Mourinho kala ia masih melatih Porto, Chelsea, dan Inter Milan. Itulah kenapa, Villas-Boas pernah digadang-gadang sebagai The Next Special One.

Kendati demikian, perjalanan karier Villas-Boas tidak mulus. Sempat sukses meraih treble winners titel Primeira Liga, Taca de Portugal, dan Europa League di tahun 2011 bersama Porto, serta menjuarai Russian Premier League, Russian Cup, dan Russian Super Cup dengan Zenit Saint Petersburg, Villas-Boas justru kehilangan tajinya saat melatih Chelsea (2011/12), Tottenham Hotspur (2012/13), dan Shanghai SIPG (2016/17).

1. Joachim Low

Mantan pelatih Austria Wien ini patut berterima kasih kepada Jurgen Klinsmann. Bagaimana tidak, Klinsmann meninggalkan skuat Timnas Jerman yang bagus, berkualitas, dan dihuni pemain-pemain muda berbakat yang sudah diasahnya selama dua tahun (2004-2006).

Meneruskan skuat peninggalan Klinsmann yang melatih Timnas Amerika Serikat setelahnya. Joachim Low sukses mempersembahkan titel Piala Dunia 2014. Low melakukannya dengan penuh kesabaran. Berawal dari tahap untuk memahami skuat Jerman saat jadi asisten pelatih Klinsmann pada medio 2004-2006, Low kemudian membentuk skuat yang tangguh selama delapan tahun dan sukses meraih titel Piala Dunia. Kini, menjelang perhelatan Piala Dunia 2018, Jerman kembali dijagokan sebagai kandidat juara.

Related Articles

Back to top button