5 Gol ‘Injury Time’ Terbaik
terakhir pembawa kemenangan atau pembawa juara. Hal ini sering juga
sering disebut drama, karena memberikan kesedihan buat tim yang gagal
dan memberikan sukacita buat tim yang menang., Ada banyak contoh
kasus di mana gol di menit-menit kritis menjadi penentu.
Mungkin Anda sering menyaksikan gol-gol seperti ini tercipta dalam
sebuah pertandingan krusial, namun berikut ini kami akan sajikan lima gol
‘injury time’ terbaik seperti dikutip Sportkeeda. Manchester City vs Queens Park Rangers (13 Februari 2012, Premier League)
Di tahun 2012, juara EPL harus ditentukan sampai laga terakhir.
Dan dua tim yang paling berpeluang pada saat itu berasal dari satu kota,
yaitu MANCHESTER. Jelang pertandingan terakhir, United dan City
memiliki jumlah poin yang sama, namun Manchester Biru unggul selisih gol.
City membutuhkan hasil akhir yang sama dengan United untuk merebut
gelar Premier League pertama mereka sejak 44 tahun lamanya.
Manchester City memimpin pada menit ke-39 melalui gol Pablo Zabaleta,
dan berusaha menggandakan keunggulan mereka untuk sedikit menurunkan
tekanan. Meski demikian nyatanya City harus berjuang melawan pertahanan
solid yang digalang Queens Park Rangers. Dengan tiga menit tersisa jelang
babak pertama berakhir, Djibril Cisse membawa QPR menyamakan kedudukan
dengan memanfaatkan kesalahan fatal yang dilakukan Joleon Lescott.
Meski Joey Barton diusir keluar lapangan dan membuat QPR harus bermain
dengan 10 orang, mereka berhasil membuat fans City menahan napas melalui
upaya Jamie Mackie yang sukses menjaringkan gol ke gawang Joe Hart.
Dengan gelar yang tampak sudah menjauh dari tangan mereka, City mulai
menyerang dengan intens dan akhirnya berhasil mencetak gol penyeimbang
melalui Edin Dzeko di masa tambahan waktu.
Saat itu, berita tentang kemenangan Manchester United atas Sunderland
telah sampai ke Etihad Stadium, dan ini artinya City harus menang.
Memasuki menit terakhir masa injury time, Aguero bergerak ke area penalti QPR, dan mencetak gol cantik ke pojok kanan bawah. Etihad Stadium pun bergemuruh dengan sukacita para pemain, staf dan pendukung The Citizens.
City membirukan Manchester dan menggenapi mimpi 44 tahun lamanya
untuk menjadi the champion.
Liverpool vs Arsenal (26 Mei 1989, Divisi Pertama)
Setelah memimpin Divisi Pertama untuk sebagian besar musim,
penampilan Arsenal mulai tak stabil jelang pertandingan di Anfield
melawan Liverpool. Mereka dikalahkan Derby County dan hanya
meraih hasil imbang melawan Wimbledon. Di sisi lain, Liverpool
membawa rekor tak terkalahkan sejak awal Tahun Baru dan dalam
performa yang meningkat. The Red menang dua kali, 2-0 melawan
Queens Park Rangers dan 5-1 melawan West Ham United.
Arsenal, yang memimpin Liverpool dengan 15 poin di paruh pertama
musim, saat itu justru berada di belakang Liverpool dengan satu
pertandingan tersisa. Sebuah kemenangan untuk Arsenal dengan
dua gol atau lebih akan mengantarkan mereka merengkuh gelar juara
dengan unggul selisih gol.
Pada paruh pertama pertandingan banyak peluang yang dihasilkan
kedua tim, tapi tak ada satu pun dari mereka yang mampu mencetak gol.
Arsenal memulai babak kedua dengan permainan yang lebih bersemangat
dan bergairah. Pada akhirnya The Gunners memimpin pada menit ke tujuh
setelah memasuki babak kedua. Alan Smith mencetak gol pada menit ke-52.
Arsenal memulai pertandingan dengan formasi 5-4-1, tapi dengan hanya
14 menit waktu normal tersisa, formasi itu diubah menjadi formasi yang
lebih menyerang dengan 4-4-2.
Tiga menit diberikan untuk waktu tambahan dan dalam 25 detik terakhir
masa injury time, Michael Thomas berhasil menlewati Steve Nicol
(bek Liverpool) dan membuat bola bergulir melewati kiper Liverpool,
Bruce Grobbelaar. Pada akhirnya gol di menit-menit terakhir dari
Thomas membawa Arsenal meraih gelar juara.
Manchester United vs Bayern Munich (26 Mei 1999, Final Liga Champions)
Ini laga paling dramatis karena berlangsung di partai Final dan akan
selalu diingat, mengingat sisa 3 menit yang mampu dimanfaatkan MU
untuk mencetak 2 gol sekaligus memastikan diri sebagai juara dan
treble champion di tahun tersebut.
Final Liga Champions 1999 mempertemukan dua jawara, juara Bundesliga
Bayern Munich dan juara Premier Liga Manchester United, di mana
kedua tim ini juga bertekad untuk meraih treble. Manchester United
menjuarai Piala FA dan Bayern Munich akan bermain melawan Werder
Bremen di DFB-Pokal pada akhir bulan Juni.
Bayern memimpin pada menit keenam melalui tendangan bebas
Mario Basler. Meskipun tertinggal, United tetap jadi favorit juara.
Beberapa upaya yang dilepaskan penggawa Bayern hanya mampu
membentur mistar gawang di babak kedua.
Wasit memberikan tambahan waktu tiga menit jelang akhir pertandingan
dan Manchester United tampak sudah menyerah, hingga kemudian
Teddy Sheringham menyamakan kedudukan dari jarak delapan meter.
Pertandingan tampak akan diputuskan memalui babak tambahan waktu.
Pada menit-menit terakhir masa injury time, Sheringham mengirim bola
kepada Solskjaer melalui sepak pojok David Bechkham. Pemain asal
Norwegia itu tak membuat kesalahan untuk menjebol gawang Bayern,
yang membuat para pemain dan seluruh pendukung
klub asal Jerman ini tertegun.
Atletico Madrid Vs Real Madrid (25 Mei 2014, Final Liga Champion)
Final yang mempertemukan antara Atletico Madrid Vs Real Madrid
ini merupakan yang pertama di liga champion. Final ini menjadi
istimewa karena Madrid bertekad menggenapi La decima yang
telah 10 tahun lebih ditunggu, hal ini semakin menarik dengan
fakta Atletico baru saja menyegel juara La liga minggu sebelumnya.
Hal ini merupakan pencapaian fantastis bagi Atletico yang berhasil
mematahkan dominasi Barcelona dan Madrid di tahun sebelumnya.
Madrid sempat tertinggal 1-0 pada menit ke-35 melalui gol sundulan
Diego godin. Satu tangan atletico sudah maraih si “telinga besar”.
Namun, wasit yang memberikan injury time mampu dimanfaatkan
Sergio Ramos melalui sundulannya di menit 92. Laga pun dilanjutkan
ke babak 2×15 menit.
Di 15 menit kedua, Madrid berhasil unggul melalui sundulan
gareth Bale di menit 109. Dan gol Madrid pun dilengkapi oleh gol
Marcelo dan penalty Cristiano Ronaldo.
Madrid pun berhasil meraih mimpi La decima mereka
melalui laga derby Madrid.
Chelsea vs Barcelona (6 Mei 2009, Semifinal Liga Champions)
Memasuki pertandingan ini, kedua tim hanya bisa bermain imbang
0-0 di leg pertama semifinal Liga Champions. Barcelona tentu
mengharapkan kemenangan tandang di Stamford Bridge.
Yang mengejutkan semua orang, Chelsea memimpin lebih dulu
melalui gol fenomenal Michael Essien dari jarak 25 meter.
Pertandingan makin sengit dan Eric Abidal mendapatkan kartu
merah di menit ke-65. Ini artinya Barcelona harus mencetak gol
penyeimbang dan harus menyelesaikan pertandingan dengan 10 orang.
Chelsea bermain cukup baik di dua laga semifinal ini. Mereka berhasil
menghentikan Barcelona untuk dapat mencetak gol selama 180 menit,
dan meskipun Barcelona mendominasi pertandingan, mereka tak
mampu untuk menembus gawang Chelsea.
Menjelang akhir masa injury time, Andres Iniesta mendapat terlalu
banyak ruang, yang cukup untuk memperdaya Petr Cech dari jarak
20 meter. Suasana di Stamford Bridge campur aduk karena itu artinya
Barcelona melaju ke babak final Liga Champions berkat aturan gol tandang.
Sumber : supersoccer.co.id