Top Skor

5 Mitos yang Sebenarnya Tidak pernah Ada di Sepakbola

Mitos sering sekali mengiringi catatan sepakbola.

Ada begitu banyak mitos-mitos yang pernah ada dan sempat dipercaya para pecinta sepakbola.

Namun di bawah ini kami memiliki 5 diantaranya yang coba untuk kami luruskan.

Berikut 5 Mitos yang sebenarnya tidak benar adanya di sepakbola :

1. Kontroversi Mundurnya India dari Piala Dunia 1950

India bukan negara dengan tradisi sepak bola yang kuat. Jangankan bermain di Piala Dunia, di Piala Asia pun negeri yang terkenal dengan industri Bollywood ini tidak terlalu terdengar. Tapi, India sebenarnya memiliki kesempatan langka bermain di Piala Dunia 1950.

India lolos kualifikasi Piala Dunia 1950 karena lawan-lawan yang mereka hadapi di kualifikasi mengundurkan diri. Namun, India menolak kesempatan tersebut. Rumornya, India mundur karena FIFA tidak memperbolehkan tim bermain tanpa sepatu, sementara kabar lainnya menyebutkan bahwa India tidak sanggup membeli sepatu.

Kedua kabar itu ternyata cuma mitos. Faktanya India memang tidak ingin berpatisipasi di Piala Dunia 1950 karena tidak memahami pentingnya Piala Dunia. Saat itu, mereka lebih percaya olimpiade lebih penting ketimbang Piala Dunia. Masalah finansial juga memengaruhi keputusan India saat itu.

2. Wacana Giggs Bermain untuk Timnas Inggris

One man club, itulah Ryan Giggs. Sepanjang karier profesionalnya, Giggs hanya bermain untuk Manchester United pada kurun waktu 1990-2014. Selain Man United, di level internasional, Giggs juga bermain untuk Timnas Wales.

Dahulu, kala Timnas Inggris memiliki generasi emas yang berisikan David Seaman, Gary Neville, Rio Ferdinand, John Terry, Ashley Cole, David Beckham, Steven Gerrard, Frank Lampard, dan pemain lainnya, sempat ada wacana Giggs untuk membela Timnas Inggris.

Giggs diyakini dapat bermain untuk The Three Lions. Tapi faktanya tidak demikian. Giggs tidak pernah bisa membela Inggris karena ia asli kelahiran Wales dan kedua orang tuanya juga berasal dari Wales.

3. Roy Keane Akhiri Karier Haaland

Rivalitas panas duo Manchester, Manchester City dan Manchester United, sudah terbentuk selama bertahun-tahun. Di masa lalu, dua pemain yang saling berseteru tiap kali bertemu adalah Roy Keane dan Alf-Inge Haaland.

Puncak perseteruan keduanya terjadi pada 2001, saat Keane melakukan tekel horor kepada Haaland. Keane langsung diberi kartu merah dan Haaland tidak bisa melanjutkan pertandingan. Haaland tidak bisa bermain saat itu, tapi uniknya, ia sempat bermain dengan Timnas Norwegia beberapa hari kemudian.

Haaland pun pensiun pada Juli 2003 karena cedera. Diyakini publik, ia pensiun karena cedera yang disebabkan Keane. Tapi, faktanya justru cedera di kaki kiri Haaland yang mengakhiri kariernya, bukan kaki kanan yang ditekel Keane.

4. NASL Liga Pensiunan Sepakbola

North American Soccer League (NASL) dikenal publik dengan istilah liganya para pensiunan sepak bola. Ini merupakan sindiran karena banyak pesepakbola yang sudah melewati masa kejayaannya, menghabiskan penghujung kariernya di NASL.

Namun, dugaan itu sepenuhnya salah, karena cukup banyak pemain yang masih berada dalam kondisi prima saat tiba di NASL seperti: Giorgio Chinagla (29 tahun), Hugo Sanchez (21 tahun), Trevor Francis (23 tahun), dan Peter Beardsley (20 tahun).

Bahkan, nama-nama legendaris seperti Johan Cruyff, Pele, Gerd Muller, dan Franz Beckenbauer, masih dalam kondisi prima untuk membela klub top Eropa saat bermain di NASL. Cruyff berusia 32 tahun, Pele berusia 34 tahun, Muller 33 tahun, dan Beckenbauer 31 tahun.

5. Kartu Merah untuk Pemain Terakhir

Salah jika mengira ada istilah orang terakhir yang menghadang lawan akan diberikan kartu merah. Nyatanya tidak demikian. Tidak pernah ada istilah tersebut. Fans sepak bola hanya melihatnya secara sederhana: pemain terakhir yang menghentikan lawan untuk mencegah adanya gol pasti diberi kartu merah.

Faktanya, istilah itu lebih tepatnya disebut menghentikan lawan yang memiliki kesempatan untuk mencetak gol. Pemain yang jelas-jelas menghentikan lawan, yang berpotensi mencetak gol kala melewati garis pertahanan lawan, dapat diganjar kartu merah langsung. Itulah mengapa istilah orang terakhir sebetulnya tidak ada dalam sepak bola, melainkan karangan fans semata.

Related Articles

Back to top button