Top Skor

9 Pemain Bengal yang Merusak Karirnya Sendiri

 

Profesi sepakbola saat ini adalah yang banyak diinginkan oleh manusia di dunia, bagaimana tidak gaji yang begitu tingginya ditambah popularitas yang membuatnya dikenal di seluruh dunia. Sepakbola memiliki daya pikatnya sendiri yang membuat orang membayar harga untuk menjadi pemain yang akan direkrut klub-klub terbaik di dunia.

 

Namun sayangnya tidak semua pemain sepakbola yang sudah terkenal tersebut memanfaatkan prestasinya tersebut, bermain untuk klub terbaik di Eropa banyak pemain bertalenta membuat ulah yang merugikan karir mereka sendiri. Ada yang suka dengan kehidupan malam dan membuat mereka tidak disiplin, ada juga yang gemar membuat onar baik di dalam maupun di luar lapangan. Dan berikut daftar pemain muda bertalenta yang merusak karir mereka, diantaranya :

balotelli

  1. Hatem Ben Arfa

​Salah satu pemain dengan bakat terbaik di generasinya, Hatem Ben Arfa merupakan pemain kelas dunia dengan gabungan teknik serta visinya sebagai seorang gelandang serang. Namun sayangnya, masalah profesionalisme menjadi momok utama produk akademi Lyon ini.

 

Sukses bersama Olympique Lyon dan Marseille, Ben Arfa hijrah ke Premier League untuk bergabung dengan Newcastle United. Namun kombinasi dari kemalasan, rendahnya motivasi, dan sikap tidak profesional membuat karirnya tenggelam. Dia sempat dipinjamkan ke Hull City musim 2014/15, namun tetap tidak merubah sikapnya hingga membuat dirinya dibekukan dari skuat sekembalinya ke Newcastle United.

 

Dirinya baru mendapatkan kembali perfromanya kala bergabung bersama Nice selama musim 2015/16. Kini bergabung bersama Paris Saint-Germain di usianya yang ke-29 tahun, dirinya berharap untuk memenuhi potensinya yang selama ini tenggelam.

  1. Ricardo Quaresma

​Tidak dapat dimungkiri bahwa Quaresma adalah seorang pemain berbakat dan memiliki potenso untuk menjadi superstar selayaknya rekannya di Timnas Portugal, Cristiano Ronaldo. Setelah sukses bersama Sporting Lisbon, Quaresma menuntaskan kepindahannya ke Barcelona pada usia 20 tahun. Usia yang sama kala Ronaldo hijrah ke Manchester United.

 

Namun segalanya berjalan berbeda semenjak saat itu. Perbedaan sikap antara keduanya membuat karir Quaresma stagnan. Sempat kembali hidup di Porto, dirinya kembali gagal bersinar di Inter MIlan dan Chelsea.

 

Kini di usia 32 tahun, Quaresma nampaknya telah sepenuhnya menyadari kesalahannya. Diapun mengatakan terang-terangan bhawa bakat tanpa sikap yang baik tak akan menciptakan karir yang stabil. Dan di usia ini pula Quaresma berhasil menjuarai Euro 2016 bersama Portugal.

  1. Emmanuel Adebayor

​Adebayor sejatinya merupakan salah satu striker paling berbakat yang pernah ada di Premier League. Pada musim 2007/08, hanya Cristiano Ronaldo yang mampu mencetak gol lebih banyak daripada striker Timnas Togo tersebut,

 

Sempat tampil menjanjikan bersama Arsenal, kepindahannya ke Manchester City justru menjadi titik balik bagi karirnya. Sikap buruknya menjadi salah satu penyebabnya. Dimulai dari selebrasi gol yang ofensif bagi suporter lawan, berbagai komentar tidak pantas untuk mantan klub yang pernah dia bela, hingga kecenderungan untuk merasa lebih baik daripada rekan-rekannya membuat dirinya menjadi figur yang tidak disukai oleh suporter maupun rekan-rekannya.

 

Dirinya juga dianggap hanya mau tampil konsisten kala mengejar perpanjangan kontrak, namun enggan melakukannya jika apa yang dia inginkan telah dia dapatkan.

 

  1. Antonio Cassano

Striker berkualitas, namun memiliki emosi yang meledak-ledak, itulah penggambaran paling cocok untuk seorang Antonio Cassano. Striker sekaligus playmaker Italia.

 

Visi serta kecerdikannya membuatnya menjadi idola kala berseragam AS Roma, namun transfernya ke Real Madrid musim 2006/07 menjadi sebuah blunder. Jarang diturunkan di Madrid, Cassano kemudian dijual ke Sampdoria pada musim 2008/09.

 

Sejak saat itu dirinya terus berpindah-pindah klub, dan tidak pernah mampu menggapai gelar penting di level klub. Emosinya yang meletup-letup disinyalir menjadi penyebab dirinya sulit bekerja sama dengan pelatih maupun pihak manajemen klub.

  1. El Hadji Diouf

​Dari sekian banyak insiden yang melibatkan namanya, mungkin yang paling dikenang adalah ketika dirinya meludahi fans Celtic kala dirinya berseragam Liverpool musim 2004/05. Kendati meminta maaf, Diouf mengulangi tindakan yang sama, kali ini kepada fans Middlesbourgh setahun kemudian ketika dia membela Bolton Wanderers.

 

Seakan tidak cukup, Diouf kembali mengulang aksinya untuk ketiga kalinya. Adalah pemain Portsmouth, Arjan de Zeeuw yang kali ini menjadi kobannya di tahun 2007. Atas aksinya tersebut, FA melarang Diouf tampil sebanyak tiga laga dan mengenakan denda sejumlah dua minggu gajinya.

 

Hukuman tersebut tidak membuat dia jera. Tahun 2010, Diouf ditangkap oleh polisi akibat mengendarai mobi dengan kecepatan tinggi di Manchester. Tiga tahun kemudian,Diouf kembali masuk penjara setelah terlibat perkelahian di salah satu klub malam di Manchester.

  1. Adriano

 

​Dikenal dunia kala membela Parma dan Inter Milan pada tahun 2000-an, Adriano memiliki semua atribut yang dibutuhkan untuk menjadi soerang striker papan atas dunia. Fisik yang besar, kecepatan, dan tendangan super keras, menjadi beberapa variabel yang membuatnya begitu ditakuti kala berseragam Inter Milan.

 

Namun sayangnya, segudang bakat tersebut tidak disertai oleh tingkah laku yang baik. Dirinya beberapa kali terindikasi terlibat kasus narkoba. Gaya hidup mewah serta tingkah laku tidak profesional Adriano membuat dirinya bermasalah dengan rekan-rekan setim serta pelatih. Selain itu, dirinya juga dituduh mengalami kenaikan berat badan signifikan kala membela AS Roma, yang membuatnya tidak fit untuk bermain,

 

Selepas membela AS Roma musim 2010/11, Adriano terus berpindah klub dan total hanya bermain sebanyak lima kali selama empat tahun terakhir di empat klub berbeda. Bahkan kini beredar isu bahwa dirinya terlibat aksi kriminal bersama geng lokal di Rio de Janeiro.

 

  1. Robinho

​Sempat menjadi sensai kala membela Santos dan Real Madrid, Robinho kemudian menjadi pembelian termahal Manchester City pada tahun 2009. Namun karirnya di Etihad Stadium tidak berjalan lancar akibat berbagai hal. Kendati demikian, transfernya ke AC Milan pada tahun 2010 diharapkan untuk menjadi titik balik untuk karirnya.

 

Sebaliknya, berbagai masalah kedisiplinan dan keenganan untuk memgembangkan permainannya menjadi momok yang membuat penampilan Robinho terus berada dalam stagnasi. Hasilnya, AC Milan tidak memperpanjang kontraknya dan dirinya dilepas ke klub Tiongkok, Guangzhou Evergrande pada musim 2015/16.

 

Di Tiongkok dirinya juga tidak mampu menunjukkan konsistensi dan hanya mampu mencetak tiga gol. Tingkah lakunya yang arogan membuatnya berseberangan dengan manajemen klub yang akhirnya melepasya ke Atletico Mineiro pada bulan Februari 2016, hanya enam bulan setelah kedatangannya ke Tiongkok.

  1. Nicklas Bendtner

​Meskipun kepercaayan diri adalah faktor penting dalam karir seorang pemain, namun dalam kasus Bendtner, dia nampaknya membawa kepercayaan dirinya terllalu jauh. Lebih cocok disebut delusional dibandingkan percaya diri, Bendtner tidak pernah mampu memenuhi potensi besar yang dimilikinya kala masih membela Arsenal.

 

Cenderung arogan, bermulut besar, dan sangat tidka disiplin, dirinya menjadi figur yang sangat sulit untuk diajak bekerja sama oleh pelatih manapun. Berpindah dari Arsenal, Birmingham City, Sunderland, Juventus, hingga Wolfsburg, Bendtner tidak mampu mengimbangi arogansinya dengan penampilan yang konsisten.

 

Setelah hanya mampu mencetak tiga gol bagi Wolfsburg selama dua musim terakhir, kini sang “Lord Bendtner” berstatus tanpa klub setelah dilepas oleh Wolfsburg akhir musim lalu.

 

  1. Mario Ballotelli

​Nama yang tentu tidak asing di telinga para penggemar sepak bola. Semenjak aksi memukaunya di Euro 2012, nama Mario Balotelli seakan lebih dikenal karena kontroversi di luar lapangan dibandingkan aksinya di atas lapangan hijau.

 

Striker Liverpool ini memiliki kesempatan untuk membangkitkan kariernya dengan bergabung bersama AC Milan dengan status pinjaman sejak Agustus 2015. Namun kurangnya visi bermain dan dinamisme di lapangan membuatnya tidak mampu berkoordinasi dengan rekannya di lini depan, Carlos Bacca.

 

Balotelli mengakhiri musim 2015/16 hanya dengan torehan satu gol, dan kini Manajer Liverpool, Jurgen Klopp, terlah terang-terangan menyebutkan bahwa Ballotelli tidak termasuk dalam rencananya. Lebih buruk lagi, belum ada klub yang mau mengajukan tawaran untuk pemain 26 tahun ini.

Related Articles

Back to top button