5 Bek Terbaik Timnas Indonesia Sepanjang Sejarah
Indonesia memang miskin prestasi di level internasional, dan ini sudah berlangsung sangat lama. Kita semua tahu bukan hanya tidak mendapatkan prestasi saja, yang lebih parah persepakbolaan Indonesia harus di suspend atau disangsi oleh FIFA. Akibatnya kompetisi domestic pun dihentikan, sejumlah talenta anak bangsa menganggur. Dan hanya menyisakan piala-piala local saja yang boleh digelar.
Namun jangan kita terlalu meratapi kesialan persepakbolaan nasional yang dibuat oleh bangsanya sendiri, ada hal posistif yang perlu kita kenang. Dan salah satunya adalah melihat bahwa di negara ini pernah melahirkan bek-bek tangguh yang mengisi pos-pos pertahanan Indonesia.. Siapa sajakah mereka, berikut datanya :
Hamka Hamzah
Mantan pemain Persija Jakarta dan Mitra Kukar ini adalah salah satu bek terbaik yang pernah membela tim nasional Indonesia. Dengan postur yang bagus, ia mampu menyulitkan striker-striker lawan untuk mengembangkan permainan.
Meski berperan sebagai bek, namun Hamka juga tak jarang menyumbang gol bagi tim Garuda. Tak ayal performa yang terus konsisten membuat pemain berusia 32 tahun tersebut terus menjadi pilihan di jantung pertahanan Indonesia (terakhir gelaran Piala AFF 2014). Perlu diketahui, Hamka sejatinya pernah berperan sebagai striker murni saat bermain di tim junior dan juga Mitra Kukar.
Sudah banyak pengalaman yang dikecap oleh pemain kelahiran Makassar itu bersama tim kebanggaan ibu pertiwi. Capaian tertingginya bersama timnas diraih saat mampu mengantarkan Indonesia melaju ke partai puncak Piala AFF 2010 melawan Malaysia. Tapi sayangnya, Bambang Pamungkas cs harus menelan pil pahit karena kalah dari musuh bebuyutannya dengan agregat skor 2-4.
Anwar Ujang
Pemain kelahiran Cikampek ini dijuluki sebagai Beckenbauer, hal tersebut tak lepas dari ketangkasannya saat mengawal lini belakang Indonesia medio 1964-1974. Hebatnya lagi, ketika Ujang menjadi kapten timnas, skuat Garuda punya status sebagai salah satu negara sepakbola terkuat di daratan Asia.
Penampilan sang kapten begitu baik saat timnas Indonesia berhadapan dengan Uruguay pada laga ujicoba 21 April 1974. Meski kalah 2-3, dirinya sukses mematikan pergerakan Fernando Morena dan Juan Silva, yang pada saat itu merupakan pemain andalan La Celeste.
Kemampuan Ujang (bersama rekan-rekannya), banyak terbentuk dari banyaknya uji coba bersama tim-tim dari benua Eropa dan juga Asia.
Yohanes Auri
Tahun 1975 menjadi awal bagi Yohanes Auri memulai karirnya bersama tim nasional Indonesia. Pelatih saat itu, Wiel Coerver, mempercayai sang pemain setelah dinilai tampil sangat baik bersama Persipura Jayapura di berbagai kompetisi.
Namanya patut menjadi legenda setelah kontribusi besarnya kepada tim Garuda. Salah satu ‘kontribusi’-nya yang menarik: tangannya sempat patah akibat diinjak oleh salah satu pemain Rusia tahun 1977 silam.
Meski berposisi sebagai pemain bertahan, Auri tak jarang menyetak gol bagi skuat arahan Coerver. Salah satu golnya yang paling diingat adalah ketika menyetak satu gol ke gawang Korea Utara.
Pergerakannya di sisi kiri pertahanan tim nasional memang sangat baik. Ia dijuluki sebagai Black Silent karena terkenal tak pernah mengeluh dan bekerja sesuai dengan porsinya sebagai salah satu bagian skuat Garuda.
Robby Darwis
Semasa bermain untuk tim nasional Indonesia medio 1987-97, Robby Darwis dikenal sebagai pemain bertahan yang acapkali membuat penyerang lawan jengkel. Postur menjulang tinggi mendukung legenda hidup Persib Bandung itu untuk selalu unggul dalam duel.
Duetnya bersanding dengan Muhamad Yunus pada tahun 1987 berhasil membuat Indonesia menjadi juara SEA Games dengan mengalahkan musuh bebuyutan, Malaysia. Kokohnya lini pertahanan yang digalang oleh keduanya pun sukses menahan gempuran Harimau Malaya sampai akhirnya Ribut Waidi mampu memecah animo Stadion Utama Gelora Bung Karno di menit ke-91.
Selama 10 tahun berseragam merah putih, total Robby sudah mengemas enam gol dari 53 penampilan. Dirinya juga dinobatkan sebagai pemain terbaik Indonesia di tahun 1987.
Aji Santoso
Legenda Arema Malang, Aji Santoso, masuk dalam daftar ini bukan karena ‘jasa-jasanya’ saat menangani timnas Garuda, melainkan ketika sukses menjadi bagian penting ketika masih berstatus sebagai pemain.
Ya, saat masih aktif membela tim nasional Indonesia, Aji terkenal dengan kemampuan dribel serta umpannya yang terukur. Tak heran apabila kehadiran pria asal Malang tersebut juga sempat mengganggu dominasi Jaya Hartono di sayap kiri pertahanan Indonesia.
Dengan kondisi fisik yang amat bagus kala itu, Aji tak jarang juga membantu serangan. Sektor kanan lini bertahan lawan kerap menjadi korban dari keliaran eks pelatih Persebaya Surabaya IPL itu saat melakukan akselerasi.