Top Skor

5 Hal yang bisa Kita Pelajari dari Piala Dunia 2018

Piala Dunia 2018 telah menyelesaikan pagelarannya.

Rusia dianggap sukses dalam melaksanakannya.

Hal ini menepis yang menyebutka Rusia sangat kaku terhadap pendatang ke negaranya.

Dari segi pelaksanaan sendiri, secara keseluruhan bisa dikatakan semua laga berjalan mulus.

Panitia dan Rusia benar-benar memenuhi ekspektasi yang diminta.

Di bawah ini kami juga memiliki banyak hal yang bisa kita pelajari dari turnamen besar ini.

Terutama kalau kita berbicara tentang banyaknya sistem atau aturan baru yang diterapkan.

Apa saja dan bagaimana pelajaran dari teknis piala dunia kali ini  berikut daftarnya :

1. VAR
Video Asisten Wasit yang disingkat VAR. Diterapkan untuk kali pertamanya di Piala Dunia, setelah sebelumnya diterapkan di Serie A Italia. Sesaat sebelum laga berlangsung, kamera juga mengarahkan pemandangan kepada ofisial laga yang bertugas di satu ruangan VAR.

Ketika Anda berpikir VAR akan mengakhiri kontroversi handball,diving, atau yang lainnya, maka Anda salah. Sebab, kontroversi itu tetap ada ketika wasit memutuskan menggunakan VAR dan menyaksikan siaran ulang. Saat wasit melakukannya, ada menit-menit yang terbuang.

Pro-kontra mengiringinya, namun, ketika wasit sudah menggunakan VAR maka tim terhukum tidak dapat berbuat banyak karena teknologi ‘tidak pernah salah’. Perwujudan VAR merupakan representasi pertandingan sepak bola di era modern.

 

 

 

2. Empat Pergantian Pemain

Para pelatih yang sudah melakukan tiga pergantian pemain di waktu normal tidak perlu khawatir lagi, apabila laga berlanjut hingga babak tambahan dan potensi drama adu penalti. Regulasi mengizinkan sampai empat pergantian pemain di kala memasuki babak tambahan.

Zlatko Dalic, pelatih Timnas Kroasia, paling sering menggunakan kesempatan itu karena timnya sudah tiga kali beruntun melakoni laga sampai babak tambahan, saat melawan Denmark, Rusia, dan Inggris.

 

 

 

 

 

3. Parkir Bus Berkuasa

Jose Mourinho, yang selama sebulan terakhir menjadi pengamat sepak bola di Rusia, boleh jadi salah satu sosok yang tersenyum ketika melihat fakta: tim-tim dengan penguasaan bola kalah efektif dengan tim yang bertahan dan mengandalkan serangan balik.

Contohnya tidak jauh. Kala Prancis menang 4-2 atas Kroasia, mereka hanya punya 34 persen penguasaan bola berbanding 66 Kroasia, tetapi, mereka lebih efektif dengan melepaskan enam tendangan tepat sasaran berbanding empat kroasia.

Contoh lainnya lagi bisa dilihat di 16 besar antara Spanyol kontra Rusia. Sudah bukan rahasia lagi jika La Furia Roja rajanya sepak bola ofensif dan penguasaan bola – permainan yang memberikan kejayaan raihan dua Euro 2008 dan 2012 serta Piala Dunia 2010.

Spanyol mendominasi sebanyak 79 berbanding 21 persen rusia, tapi, pada akhirnya hanya mampu mencetak satu gol dari gol bunuh diri Sergei Ignashevich dan kalah dari drama adu penalti. Melihat dua contoh itu, mungkin penganut sepak bola ofensif dan penguasaan bola harus memikirkan rencana alternatif ketika sistem bermain utama gagal berjalan dengan baik.

 

 

 

 

 

4. Kolektivitas di Atas Segalanya
“Tim-tim yang mencapai tahapan final Piala Dunia adalah mereka yang punya kesatuan tim terbesar. Argentina tidak memilikinya,” ucap legenda Prancis, David Trezeguet, ketika membicarakan keterpurukan Argentina.

Trezeguet menggarisbawahi kesatuan dalam tim-tim yang sukses menembus fase semifinal. Opininya tidak salah. Faktanya di antara Prancis, Belgia, Kroasia, dan Inggris memiliki kolektivitas bermain yang sangat kuat hingga melebihi kualitas individu pemain.

Timnas yang bergantung kepada kemampuan individu pemain seperti Portugal (Cristiano Ronaldo), Argentina (Lionel Messi), Brasil (Neymar), tidak dapat berbicara lebih banyak di Piala Dunia 2018.

Kroasia telah membuktikannya. Meski memiliki Luka Modric dan Ivan Rakitic, mereka sanggup lolos ke final melalui perjuangan sampai titik darah penghabisan ketika melewati tiga laga beruntun sampai babak tambahan dan dua di antaranya sampai drama adu penalti.

 

 

 

5. Final Terbaik

Final antara Prancis dan Kroasia benar-benar merangkum segala hal yang sudah terjadi di Piala Dunia 2018, sekaligus mempertegas status Piala Dunia terbaik – sejauh ini. Drama enam gol tercipta.

Di dalam enam gol yang tercipta itu, ada gol bunuh diri Mandzukic yang baru pertama kali terjadi di final Piala Dunia, gol penalti Griezmann, serta kesalahan horor Hugo Lloris yang memudahkan Mandzukic mencetak gol.

Sementara sisa tiga gol tercipta dengan indah, khususnya Mbappe yang seolah mempertegas “Piala Dunia 2018 adalah panggung saya bersinar”.

Related Articles

Back to top button