Catatan Perjalanan 10 Tahun Terakhir Leicester City
Campione..campioneā¦ole..ole..ole..!!
Selamat buat Leicester City, tim yang tidak dipandang sedikitpun untuk menjadi juara Liga Inggris ini, akhirnya bisa berhasil menjadi juara dan memberi kita satu inspirasi yang disebut Bermimpi..
Banyak orang yang tadinya tidak mengenal siapa itu Jamie Vardy atau Riyadh Mahrez, bahakan mungkin orang lebih mengenal Claudio ranieri sebagai spesialis runner up. Tapi tidak untuk kali ini, setelah memimpin klasemen di awal tahun 201 banyak harapan pecinta sepakbola dunia untuk melihat mereka mengangkat tropi sepanjang sejarahnya itu.
Yah, sekali lagi selamat buat fans Leicester City (saya pikir belum ada fansnya sebelumnya) karena telah menginspirasi banyak orang. Terlebih mengajarkan tentang artinya kerja keras dan kerja tim di sebuah klub sepakbola. Kita berharap Leicester City juga bisa berbicara banyak di pentas liga champion musim depan. Berikut kami mengulas perjalanan Leicester selama 10 tahun terakhir sebelum meraih gelar pertama sejak 132 tahun klub berdiri :
1. Championship obscurity (2005-2008)
Leicester memulai musim Championship pada 2005 atau dua tahun setelah terlempar dari Liga Primer Inggris di bawah asuhan Micky Adams. Pada musim pertamanya, mereka berada di posisi 15. Lalu, pada musim 2006 mereka finis pada posisi 16. Mereka juga sempat dilatih oleh sejumlah pelatih seperti Adams, Craig Levein, Rob Kelly, Martin Allen, Gary Megson, dan Ian Holloway.
2. League One (2008-2009)
Memulai persaingan di League One, Leicester dilatih oleh eks pelatih Southampton, Nigel Pearson. Performa Leicester sudah mulai menemukan ritme permainan yang pas. Mereka mampu melakoni 46 pertandingan dan hanya menelan empat kali kekalahan. Alhasil, Leicester memimpin klasemen Ligue One dan unggul tujuh poin dari posisi kedua Peterborough United. Ketika itu, pencetak gol terbanyak dikoleksi oleh Matty Fryatt (27 gol).
3. Divisi Championship (2009 — 2014)
Tampil di divisi championship, skuat polesan Pearson bersemangat untuk melakoni setiap pertandingan. Pada laga perdana, mereka langsung mengalahkan Swansea dengan skor 2-1 melalui gol Martyn Waghorn dan Dany N’Guessan. Mereka juga berhasil finis di posisi kelima untuk meraih tempat play-off. Namun, mimpi untuk merasakan persaingan Liga Primer harus pupus lantaran kalah adu penalti dari Cardiff City.
Sadar butuh kekuatan tambahan demi promosi ke Liga Primer Inggris, Leicester mencoba merekrut pelatih baru yakni Paulo Sousa setelah Pearson memilih hengkang ke Hull City. Namun, Sousa hanya bertahan tiga bulan menyusul hasil minor yang diraih Leicester pada 2010–2011. Leicester pun mencoba mencari pelatih lain dan nama Sven Goran – Eriksson menjadi pilihan pada Oktober 2010. Mengandalkan asupan dana dari taipan Thailand Vichai Srivaddhanaprabha, Leicester mulai memperbaiki komposisi tim.
Pemain seperti Kasper Schmeichel, Danny Drinkwater, dan Wes Morgan mulai berdatangan. Pada 2012 — 2013, Jamie Vardy juga bergabung lalu ada juga Riyad Mahrez. Mereka akhirnya berhasil promosi ke Liga Primer setelah mengumpulkan 102 poin.
4. Liga Primer Inggris (2014 — 2015)
Leicester menghadirkan muka-muka baru seperti Marc Albrighton, Leanardo Ulloa, dan Danny Simpson. The Foxes sempat merasakan kesulitan pada Maret lantaran mereka hanya berselisih tujuh poin dari zona degradasi. Akan tetapi, mereka bangkit dan meraih tujuh kemenangan dalam sembilan pertandingan terakhir. Alhasil, mereka finis di posisi ke-14 atau berjarak enam poin dari zona degradasi.
Berlanjut pada musim 2015 — 2016, Claudio Ranieri datang menggantikan Pearson. Di sini lah cerita hebat dimulai. Mereka mampu tampil konsisten dan menyegel gelar juara. Tercatat, mereka hanya menelan tiga kekalahan. Kepastian gelar diraih Leicester usai Tottenham Hotspur menahan imbang Chelsea 2-2. Atas hasil itu, Leicester unggul tujuh poin dan tidak mungkin terkejar oleh Spurs pada dua laga sisa.