Top Skor

5 Hal yang Bisa Diharapkan Fans Chelsea dari Conte

Antonio Conte menunjukkan kemampuannya sebagai pelatih papan atas yang bisa diperhitungkan oleh siapa pun lawan-lawannya di pentas euro 2016. Pelatih Italia ini memberikan banyak kejuatan dari permainan Italia saat ini, ia berhasil merubah permainan Italia dari umpan panjang menjadi umpan pendek dan cepat.

Xavi Hernandez mengungkapkan bahwa Conte menjadikan Italia gabungan dari Atletico Madrid dan Barcelona. Tim Spanyol pun dibantai dua gol tanpa balas. Klub Chelsea pun diberikan angin harapan baru, karena sepeninggal Mourinho, pastinya Chelsea berharap Conte mampu membawa prestasi lainnya ke klub Abramovic ini. Seperti apa harapan yang dilihat fans Chelsea untuk Conte, berikut analisanya :
conte

1. Tegas dan Keras

Conte mengakui di pernyataan pengunduran dirinya bahwa ia ingin kembali ke manajemen klub dan bisa bekerja dengan para pemain setiap hari. Ini jelas bukan kejutan lagi bagi siapapun yang memperhatikan masa tiga tahunnya di Juventus, di mana ia sudah membuktikan diri sebagai manajer yang tegas, keras, dan sepenuhnya terlibat di lapangan, dengan standar tinggi yang harus bisa dipenuhi skuat-nya di sesi latihan dan tentunya di lapangan.
“Rahasia kesuksesan kami adalah ambisi yang dimiliki pelatih kami,” ucap Gianluigi Buffon, yang sudah bermain dengan banyak manajer di karirnya, pada tahun 2012.

Pelatih berusia 46 tahun ini dikabarkan sudah menyempurnakan bahasa Inggrisnya dalam beberapa bulan terakhir. Jadi, nyaris bisa dipastikan ia kini sudah mengetahui apa itu ‘pengorbanan’, ‘komitmen’, dan ‘bekerja lebih keras lah kalian semua pemain-pemain tidak berguna’ dalam bahasa Inggris.

2. Berprinsip

Kecil sekali kemungkinan Conte akan bertahan dengan pemain yang ia rasa tidak sesuai dengan metodenya, tidak juga dengan para anggota hiearki Chelsea yang tidak berjalan ke arah yang sama dengan yang ia inginkan.

Sangat memungkinkan Conte akan memegang peranan besar dalam menentukan siapa pemain yang akan bertahan dan siapa yang dibolehkan pergi, tapi apakah keinginannya untuk memegang kontrol sepenuhnya akan berpengaruh ke manajemen di Chelsea masih belum bisa dipastikan hingga saat ini.

3. Catenacio Modern

Tidak pernah ada sebelumnya tim yang memenangi gelar Juara Liga Premier dengan menggunakan selain empat bek di formasinya
Salah satu kunci utama dalam filosofi kepelatihan Conte adalah penggunaan formasi 3-5-2 yang konsisten, sesuatu yang cukup wajar digunakan di rumahnya: Italia. Di Inggris, Manchester United, Tottenham, Liverpool, Southampton, Sunderland, Aston Villa, dan West Brom menggunakannya beberapa kali di musim ini, tapi Conte akan mendapatkan serangan yang cukup keras dari para fans dan media jika ia tetap menggunakan sistem yang ia pakai bersama Juventus dan Italia pada empat tahun terakhir.

Tidak pernah ada sebelumnya tim yang memenangi gelar Juara Liga Premier dengan menggunakan selain empat bek di formasinya, dan meskipun sebenarnya peluang untuk Conte mengubah formasi favoritnya saat pindah ke Inggris tidak tertutup sama sekali, tapi darah Italianya menunjukkan bahwa ia akan tetap bertahan pada apa ia tahu dengan sangat baik.


4. Keras Kepala

Juventus memang mendominasi Serie A sepanjang masa kepemimpinan Conte, tapi mereka selalu tampak kesulitan di kompetisi Eropa. Pada 2012/12, Bianconeri menjadi yang terbaik di fase grup, mengalahkan Chelsea, Shakhtar Donetsk, dan Nordsjaellland sebelum mengalahkan Celtic 5-0 secara agregat di 16 besar, tapi kemudian terbuang dengan cukup mudah oleh Bayern Munich di perempat final.

Teori paling populer untuk menjawab pertanyaan mengapa Juventus tidak bisa meneruskan dominasi mereka di liga domestik ke kancah Eropa adalah pada ketidakinginan Conte untuk beradaptasi

Setahun kemudian, mereka gagal lolos dari fase grup, hanya menempati posisi tiga di Grup B setelah hanya mendapatkan enam poin dari enam pertandingan melawan Real Madrid, Galatasaray , dan Kopenhagen. Europa League menanti dan, dengan pertandingan final akan diadakan di Juventus Stadium, banyak yang mengira tim ini akan melangkah terus hingga akhir. Yang terjadi adalah mereka tersingkir secara layak dari Benfica di semifinal –Juve gagal membalikkan skor 2-1 saat bermain di Turin pada leg kedua.

Teori paling populer untuk menjawab pertanyaan mengapa Juventus tidak bisa meneruskan dominasi mereka di liga domestik ke kancah Eropa berfokus pada ketidakinginan Conte untuk beradaptasi dengan taktiknya. 3-5-2 selalu terlihat tidak tepat untuk kompetisi Eropa, di mana posisi melebar di lapangan memegang peranan yang jauh lebih penting. Perubahan gaya permainan di lapangan secara rutin membuat timnya sangat terbuka di sisi sayap. Kelemahan yang dimanfaatkan tanpa ampun oleh Bayern Munich melalui Arjen Robben dan Franck Ribery di perempat final tahun 2013 silam.

5. Bayangan Mourinho

Keduanya penuh percaya diri, penuh emosi dan selalu menuntut banyak hal, di sisi lain sering juga menggunakan musuh –dalam arti sebenarnya atau hanya sekedar imajinasi semata- untuk mencoba membangun mentalitas baja

Ada beberapa persamaan yang jelas antara Conte dan Jose Mourinho – yang memberikan begitu banyak kesuksesan di London Barat tapi harus pergi tidak hanya dengan satu awan mendung, tapi sebuah badai. Keduanya penuh percaya diri, penuh emosi dan selalu menuntut banyak hal, di sisi lain sering juga menggunakan musuh – dalam arti sebenarnya atau hanya sekedar imajinasi semata – untuk mencoba membangun mentalitas baja dan semangat tim yang tidak terkalahkan.

Mungkin, bisa saja, ini adalah waktu yang sempurna untuk sosok seperti ini mengambil alih pimpinan di Stamford Bridge. Setelah 13 tahun penuh piala dan kesuksesan, Chelsea sekarang berada di posisi terendah sepanjang era Abramovich dan mungkin saja sekarang akan memutuskan untuk menghentikan budaya pecat-dan-pekerjakan dan mulai memilih jalur lain – seperti yang sebenarnya mereka sudah rencanakan lakukan dengan Mourinho hingga hasil-hasil buruk membuat perubahan terpaksa harus kembali dilakukan.

Conte, lebih lebih lagi, punya pengalaman untuk membangkitkan kembali raksasa yang terjatuh – bukan berarti satu musim yang buruk membuat Chelsea layak dilabeli ini – dengan Juventus hanya mampu finis di posisi 7 pada musim 2009/10 dan 2010/11 sebelum ia datang dan membawa mereka meraih tiga gelar liga berurutan, menjalani satu musim tanpa terkalahkan, dan menembus batas 100 poin di musim lainnya.

Saat sifat Mourinho sudah terbukti membuatnya harus terbuang, situasi yang ia tinggalkan saat ini membuat Conte bisa saja memang benar-benar sosok yang dibutuhkan oleh Chelsea sekarang.

Related Articles

Back to top button