Top Skor

5 Fakta John Stones, Pemain Baru Manchester City

Manchester City kembali berhasil dalam membeli pemain barunya, dan kali ini City berhasil mengamankan tanda tangan John Stones dari Everton. Dan ini menjadi transfer ke delapan buat rival abadi Manchester United ini. City pun berhasil memenangkan perburuan ini dengan mengalahkan Chelse yang sejak dua tahun lalu berburu pemain berbakat ini.

Pecinta bola khususnya Liga inggris akan penasaran dengan 8 rekrutan pelatih jenius Pep Guardiola ini. Khususnya Stones yang merupakan incaran Mourinho ketika melatih Chelsea dua tahun yang lalu. Dan berikut di bawah ini kami sajikan 5 fakta seorang John Stones yang mungkin banyak belum bobolers ketahui, seperti :

stones

1. Telat berkembang

Saat usianya 15 tahun, banyak yang mengira bahwa Stones tidak akan seperti sekarang ini. Maklum saja, perkembangan tubuhnya sangat lamban. Kondisi fisiknya kala itu tidak memperlihatkan bahwa ia akan menjadi salah satu pemain belakang paling hebat di Inggris. Bahkan, di usia 15 tahun, Stones masih berlatih dengan tim U-14 Barnsley, klub dimana ia memulai karir sepakbolanya. Pun saat ia masuk ke jenjang lebih tinggi, yaitu U-18. Tubuhnya dianggap tidak akan mampu menjadikan dirinya sebagai bek handal di masa mendatang. Barulah ketika tinggi badannya mencapai 188 cm, Mark Button, pelatih kepala di Oakwell, tempat dimana Stones mendapatkan beasiswa sepakbola, melihat adanya potensi luar biasa di diri Stones.

Button mengatakan kepada pihak Barnsley bahwa Stones akan menjadi pemain andalan tim nasional Inggris di kemudian hari. Tak lama, di usia 17 tahun, Stones resmi menandatangani kontrak profesional bersama Barnsley tepat di bulan Desember 2011, dan selang 3 bulan, ia melakoni debutnya. 9 bulan kemudian, Everton kepincut dengan potensi Stones dan membelinya dengan nilai transfer 3 juta pounds. Debutnya di Everton adalah Agustus tahun 2013. Sejak itu namanya mulai dielu-elukan fans The Toffees. Seakan bertolak belakang dengan perkembangannya yang telat, 2 hari setelah ulang tahunnya yang ke-20, ia mencatatkan debutnya bersama timnas Inggris.

2. Pribadi pendiam

Biasanya, pemain berusia muda kerap menunjukkan ekspresi serta kerap kali tergiur dengan kemewahan yang bisa didapat dari sepakbola. Usia yang belum matang membuat pesepakbola seakan “lupa diri”. Tengok apa yang terjadi dengan Mario Balotelli. Masih labilnya suasana hati membuat striker asal Italia itu seringkali membuat masalah. Berbeda dengan Balotelli, John Stones dikenal sebagai pendiam. Diantara rekan-rekannya di Everton, Stones jarang sekali berbicara. Beberapa punggawa Everton seperti Phil Jagielka dan Ross Barkley sempat menyebut Stones sebagai seorang yang sangat “low profile”. Maka dari itu, pernyataan tegas dari Stones yang menginginkan dirinya dijual ke Chelsea pada tahun 2015 kemarin sempat menghebohkan ruang ganti Everton.

3. Tidak doyan bersosial media

Sifat pendiam yang dimiliki Stones agaknya berimbas di dunia maya. Sedikit aneh rasanya mengetahui pemuda berusia 22 tahun dengan banyak pengagum seperti Stones tidak tertarik pada sosial media. Stones bahkan tidak memiliki akun twitter. Instagram-nya, yang di follow hampir 50.000 hingga berita ini turun, hanya terdapat 6 postingan saja.

4. Si anti-inflasi

Agak sulit untuk mengerti makna mengenai fakta ke-4 ini. Jika Anda paham Brexit (Britain Exit), Anda mungkin bakal sedikit paham apa dampaknya bagi perekonomian negara-negara monarkial Inggris. Well, dana transfer 3 juta pounds saat Everton membeli John Stones dari Barnsley, jika dihitung berdasarkan standard UK inflation, paling mahal harga Stones seharusnya adalah 3,2 juta pounds. Apapun bisa terjadi dalam sepakbola. Bisnis dalam sepakbola terkadang punya aturan main sendiri – pemain bagus, harganya mahal, pemain buruk, bisa juga harganya mahal. Stones, dianggap salah satu pemain belakang terbaik di Inggris. Angka 50 juta pounds kabarnya harus dirogoh Manchester City demi dapatkan pemain incarannya. Artinya, harganya meroket sekitar 1600%. Bagi Everton, ini bisnis yang bagus.

5. Lawakannya garing

Perlu diketahui, pesepakbola tetaplah manusia yang memiliki sifat-sifat sebagaimana layaknya manusia biasa. Di lapangan bisa jadi mereka terlihat sangat serius dan seperti robot – serius, jarang tersenyum dan kerap menunjukkan emosi amarah. Lain di lapangan, lair di luar lapangan. Setiap tim pasti memiliki setidaknya satu pemain yang pintar melucu. Terkadang, hal ini diperlukan guna mencairkan ketegangan selama 90 menit jalannya pertandingan, atau di sela-sela padatnya jadwal latihan. Carlton Cole misalnya, mantan pemain West Ham United tersebut acap kali bertindak konyol lewat lawakan dan sikapnya.

Ketika Carlos Tevez datang ke Upton Park tahun 2006, Cole sempat mengatakan kepada Tevez untuk menutup bekas luka bakar di lehernya. Cole mengaku risih ketika waktu makan karena ia merasa terganggu dengan luka tersebut. Hal itu diucapkannya dengan nada bercanda tentunya demi mengakrabkan suasana. Tapi berbeda dengan Cole, Stones adalah pribadi yang dikenal sarkastik dan sulit diajak bercanda. Ketika ia mengeluarkan lelucon pun, nada dan mimiknya terlihat datar, sehingga orang-orang disekitarnya sering merasa terganggu dengan lelucon yang ia keluarkan.

Related Articles

Back to top button