Top Skor

5 Klub Inggris yang Punya Manajemen Terburuk.

 

Liga Inggris bisa saja memiliki liga terbaik di dunia terlebih lagi pengelolahan yang baik dalam hal bisnis di dalamnya. Ada begitu banyak pendapatan klub-klub yang didapat dari hak siar televisi, begitu juga dengan sponsor yang melekat di semua fasilitas klub. Namun hal ini tidak menjamin apapun buat klub-klub tumbuh dan berkembang dengan baik.

 

Dibawah ini kami memiliki 5 klub Inggris yang ternyata punya manajemen buruk, bukan hanya mengolah keuangan dan pendapatan yang buruk namun klub ini juga ternyata harus berada di divisi championship dan terus berjuang ke divisi utama. Klub mana sajakah yang termasuk ked lam kategori ini, berikut diantaranya :

newcastle united

  1. Leeds United

Jika melihat foto di atas, merayakan kemenangan di depan tribun yang kosong sepertinya bukan hal yang membuat para pemain itu nyaman. Untuk klub yang satu ini, kesalahan utama dialamatkan kepada Massimo Cellino, juragan dari Italia yang punya masalah hukum. Sembilan penggantian manajer dalam tiga tahun juga bukan hal bagus untuk kelangsungan Leeds United.

 

Padahal, Elland Road pernah melahirkan generasi emas macam Alan Smith, Lee Bowyer, dan lain-lain. Belum lagi pada Desember 2014, Cellino kena skorsing karena terlibat kasus penggelapan pajak. Pergantian pemilik mungkin akan memberi harapan segar.

  1. Cardiff City

Setelah terancam bangkrut pada 2010, Cardiff City terlihat punya harapan ketika dibeli oleh konsorsium dari Malaysia yang dipimpin oleh Vincent Tan. Namun, pola manajemen yang ia terapkan dianggap ngawur.

 

Logo bersejarah klub diganti, dari warna biru menjadi merah dan ditambah gambar naga. Kostum tim juga berubah. Cardiff sempat naik ke Premier League pada 2013, namun keberuntungan itu tak berlangsung lama.

 

Suporter Cardiff sukses mendesak pemilik untuk mengembalikan logo klub, namun tetap ada gambar naga di bawah burung biru. Kerugian finansial makin membengkak tiap tahun walau logo klub yang dimodifikasi diharapkan membalikkan keadaan. Rupanya Vincet Tan meremehkan pentingnya punya fans yang loyal yang tiap akhir pekan datang ke stadion. Penjualan tiket Cardiff terus memburuk sejak diambil alih oleh Tan.

  1. Newcastle United

Salah satu klub Inggris yang punya sejarah kebesaran ini makin hari makin memburuk nasibnya. Sama halnya dengan beberapa klub sakit lainnya, pemilik klub dianggap sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.

 

Yang membuat Newcastle agak berbeda, Mike Ashley, si pemilik Sports Direct, terkenal pelit. Ia sempat ditarget oleh para suporter setia Newcastle dalam kampanye bertema “Ashley Out” (Ashley Keluar) dan bahkan ada boikot pembelian tiket segala. Steve McClaren sempat membuka keran transfer cukup besar, namun takdir The Toon Army tetap tak terelakkan. Mereka kini harus memulai perjuangan lagi di divisi Championship, walau secara finansial cukup sehat.

  1. Blackpool

Klub yang satu ini juga mirip dengan klub-klub yang punya pemilik kontroversial lainnya. Pemiliknya adalah seorang pengusaha kaya, Owen Oyston, yang pernah dipenjara karena tuduhan pemerkosaan dan penganiayaan pada 1996.

 

Para pemainnya pasti tidak terlalu termotivasi. Ambil contoh, kiper Joe Lewis pernah harus meminjam kostum dari seorang fans. Pemiliknya juga suka mengatai suporter klubnya sendiri.

 

Oyston sempat meminta maaf kebada publik setelah mengirim pesan teks yang tidak menyenangkan kepada seorang suporter. Pergantian lima manajer dalam dua setengah tahun juga turut memperburuk situasi.

  1. Queens Park Rangers

Keterpurukan klub yang satu ini juga lantaran punya utang sangat besar. QPR kabarnya telah minus 135 juta pound, namun pembelanjaannya tidak dilakukan dengan bijaksana. Walau sempat naik ke Premier League pada musim 2013/14, tagihan gaji besar para bintangnya tak sesuai performa di liga.

 

Total gaji pemain QPR ketika itu diperkirakan dua kali lipat dibandingkan dengan Leicester City. Tony Fernandes kabarnya harus menanggung utang sebesar 200 juta pound. Jika mereka tak terlihat dari arena Premier League cukup lama, mungkin hal itu karena QPR harus menjual pemain terbaiknya selama beberapa musim untuk melunasi utang.

Related Articles

Back to top button