Top Skor

6 Moment Terbaik yang Diberikan Vichai Sripaddhanaprabha kepada Leicester City

Beberapa hari terakhir kita dikejutkan dengan berita duka di dunia penerbangan.

Untuk masyarakat Indonesia tentu saja jatuhnya pesawat lion air memukul kesedihan kita semua.

Dan untuk dunia sepakbola, meninggalnya pemilik Leicester City asal Thailand Vichai Sripaddhanaprabha mengejutkan kita semua.

Pemilik yang dikenal dekat dengan fans ini meninggalkan banyak cerita positif.

Ia telah menginspirasi pecinta sepakbola dengan prestasi bersejarahnya untuk Leicester City.

Bagaimana catatan emasnya, berikut kami memiliki 6 diantaranya :

6. Mengakuisisi Leicester City dari Milan Mandaric (2010)

Sebelum kedatangan  Vichai Srivaddhanaprabha, Leicester City bisa dikatakan sudah menjadi klub potensial. Di bawah arahan pemilik sebelumnya, Milan Mandaric, mereka berhasil meraih promosi ke Championship setelah menjuarai League One (kasta ketiga) pada 2008/09. Sedangkan pada musim 2009/10, mereka hampir meraih promosi ke Premier League , sayangnya mereka harus kalah di babak play-off kontra Cardiff City.

Vichai Srivaddhanaprabha datang pada Agustus 2010 dan membeli The Foxes dari Mandaric hanya dengan harga 39 juta pound. Vichai sendiri sudah memiliki relasi kuat dengan pihak klub setelah perusahaan duty-free miliknya, King Power Group, sebelumnya telah menjadi sponsor resmi jersey klub selama tiga tahun.

Tidak ada yang menyangka bahwa hanya enam tahun semenjak akuisisi tersebut, The Foxes akan sukses menjadi tim nomor satu di Inggris.

5. Promosi ke Premier League (2014)

Setelah tiga musim sebelumnya The Foxes hanya berhasil ‘hampir’ lolos ke Premier League, termasuk ketika kalah tipis 2-3 dari Watford di babak play-off2012/13, The Foxes akhirnya mencapai target mereka di musim 2013/14.

Tidak main-main, kembali berada di bawah arahan Nigel Pearson, Leicester sukses menjadi juara Championship Division dan berhak lolos otomatis ke Premier League. Mereka pun menjalani musim yang gemilang dengan hanya menelan enam kekalahan dari 46 laga, dan duduk di puncak dengan 102 poin, terpaut sembilan poin dari Burnley di posisi kedua.

4. Memecat Nigel Pearson dan Penunjukkan Ranieri (2015)

Kendati berjasa membawa The Foxes meriah promosi ke Premier League pada musim 2013/14, hubungan antara Vichai dan Pearson memburuk di musim 2014/15. Selain hanya mampu mengakhiri musim di posisi ke-14, hasil dari 19 kekalahan dari 38 laga, isu luar lapangan juga dikabarkan menjadi penyebab dipecatnya manajer asal Inggris tersebut.

Pearson  resmi diberhentikan pada 30 Juni 2015, dan Vichai pun segera menunjuk penggantinya, yakni manajer asal Italia, Claudio Ranieri. Keputusan terbaik yang mungkin pernah dilakukannya untuk klub.

3. Memenangkan Premier League Pertama dalam Sejarah Klub (2016)

Di bawah arahan Claudio Ranieri, Leicester City sukses memulai musim 2015/16 dengan gemilang. Tak tanggung-tanggung mereka tidak terkalahkan di enam laga pertama, Jamie Vardy bahkan memecahkan rekoer gol Ruud Van Nistelrooy setelah dirinya mencetak total 13 gol di 11 laga secara beruntun.

Tanda-tanda kesuksesan Leicester mulai nampak kala mereka menguasai puncak klasemen pada hari natal tahun 2015, setelah mengalahkan Everton 3-2. Uniknya, tepat satu tahun sebelumnya di hari yang sama, mereka berada di dasar klasemen Premier League.

Rentetan hasil positif The Foxes di musim 2015/16 pun terus berlanjut dengan Jamie Vardy dkk hanya menelan tiga kekalahan sepanjang musim. Mereka pun terus duduk di puncak klasemen sejak pekan ke-22 hingga 38, sekaligus memastikan gelar Premier League pertama dalam sejarah klub.

2. Mempromosikan Nama-nama Tidak Populer untuk Menjadi Bintang

Tidak dapat dimungkiri, bahwa kesuksesan Leicester City di bawah kepemilikan  Vichai Srivaddhanaprabha tidak lepas dari kebijakan transfer yang dilakukan oleh pria asal Thailand tersebut. Namun yang paling diingat adalah bagaimana dirinya membeli dan memercayai sosok-sosok yang jauh dari kata populer untuk kemudian disulap menjadi bintang.

Beberapa nama yang bersinar di bawah kepemilikan Vichai tidak lain adalah sosok Jamie Vardy, yang dipermanenkan oleh klub dari Fleetwood Town pada 2012,  Riyad Mahrez yang ddiatangkan dari Le Havre pada 2014, dan tentu saja, N’Golo Kante yang datang pada tahun 2015 dari Caen.

Ketiganya kini sukses menjadi bintang sepak bola papan atas, dengan dua nama yang disebut terakhir sudah hengkang untuk meneruskan karier mereka bersama Manchester City (Mahrez) dan Chelsea (Kante). Bahkan sosok Kante berhasil membawa Prancis menjuarai Piala Dunia 2018, sebuah hal yang mungkin tidak akan terjadi jika dirinya tidak menginjakkan kaki di King Power Stadium tiga tahun sebelumnya.

1. Mencapai Perempat Final Champions League (2017)

Kiprah Leicester City di musim 2016/17, hanya semusim setelah merengkuh gelar Premier League, memang tidak begitu diingat. Apalagi, mereka nampak kepayahan di liga domestik dengan hanya menduduki posisi ke-12 di akhir musim. Bahkan, sang manajer, Claudio Ranieri, harus dipecat pada bulan Februari 2017 untuk digantikan oleh Craig Shakespeare.

Kendati demikian, satu tonggak sejarah yang tidak akan dilupakan oleh publik King Power Stadium adalah ketika klub mereka berhasil mencapai perempat final Champions League  di musim tersebut. Hebatnya, musim tersebut adalah kali pertama The Foxes pernah tampil di kompetisi tertinggi antar klub Eropa.

Perjalanan mereka di fase grup terbilang mulus, berada di satu grup dengan FC Copenhagen, Club Brugge, dan FC Porto, Leicester berhasil memuncaki grup tersebut. Mereka kemudian melanjutkan tren positif dengan kemenangan mengejutkan atas Sevilla di babak 16 besar (agregat 3-2).

Sayangnya, keberuntungan Kasper Schmeichel dkk harus berakhir di bababk perempat final. Bertemu dengan bakal finalis, Atletico Madrid, The Foxes akhirnya harus tunduk dengan agregat tipis 1-2. Namun, perjalanan mereka akan tetap dikenang sebagai kisah fantastis untuk sebuah klub yang belum pernah mencicipi kompetisi Champions League.

Related Articles

Back to top button