Top Skor

3 Alasan Utama Inkonsistensi Manchester City di bawah Asuhan Pep Guardiola

Pep Guardiola akhirnya merasakan sengitnya liga terbaik dunia yakni liga Inggris. Sebelumnya pelatih jenius ini berhasil panen gelar bersama dua klubnya yakni Barcelona dan Bayern Muenchen. Tidak hanya panen gelar, ia juga berhasil panen rekor baik atas nama klub maupun atas nama pribadi.

 

 

Namun lain ceritanya ketika ia berani bergabung dengan Manchester City dan mencicipi kerasnya Liga Inggris. Di awal kiprahnya ia berhasil menang 10 kali beruntun dan nyaman di puncak klasemen. Setelah itu ia seperti kehilangan sentuhan dan membuat City harus mau berada di posisi tiga klasemen. Dan berikut analisa kami tentang kemunduran City :

 

pep

  1. Pemain Berkewarganegaraan Inggris

Aturan Homegrown Player membuat Pep Guardiola galau menentukan skema yang tepat. Manchester City hanya memiliki empat pemain berstatus Homegrown Player yakni Gael Clichy, Fabian Delph, Raheem Sterling, dan John Stones.

 

Istilah Homegrown Player merujuk pada seorang pemain dari kewarganegaraan manapun dan sudah didaftarkan sebuah klub yang terafiliasi dengan FA atau FA Wales sebelum berumur 21 tahun. FA memutuskan harus ada delapan pemain yang didaftarkan dalam skuat sebuah klub.

 

Jika kurang dari jumlah tersebut, para klub biasanya mengakali aturan dengan memasukkan pemain-pemain yang berusia 21 tahun ke bawah untuk dimainkan. Hal inilah yang dianggap menjadi belenggu seorang Pep Guardiola saat ingin mengeksplorasi kemampuannya di Manchester City.

 

  1. Lemah di Lini Pertahanan

Sejak pekan ke-17, Manchester City sudah kebobolan 20 gol. Bersama dengan Liverpool yang juga kebobolan 20 gol, Manchester City menjadi klub yang paling banyak kebobolan di antara klub-klub penghuni enam besar klasemen sementara Premier League 2016-2017.

 

Jumlah tersebut menjadi prestasi terburuk awal musim bagi Pep Guardiola kala menangani sebuah klub. Saat menukangi Barcelona (2008-2009), pada 17 laga awal La Liga di musim perdananya, Barcelona hanya kebobolan 11 gol.

 

Sementara pada musim perdana di Bayern Munchen (2013-2014), pada 17 laga awal Bundesliga, FC Hollywood hanya kebobolan sembilan gol.

 

Kala menjadi nakhoda baru di Manchester Citu, Pep Guardiola menghadapi tantangan berat. Satu di antaranya adalah kehilangan bek tengah Vincent Kompany. Pemain asal Belgia tersebut sudah lama menjadi batu karang di lini belakang Manchester City.

 

Situasi semakin tak kondusif karena sang pemain anyar, John Stones kerap melakukan kesalahan fatal.

 

  1. Gaya Permainan Liga Inggris

Premier League dikenal sebagai kompetisi yang menjanjikan permainan cepat dan menghibur. Tradisi tersebut menuntut seorang pemain memiliki fisik yang tangguh karena harus memainkan gaya bermain direct football.

 

Gaya tersebut membuat seorang pemain tidak diperlukan untuk menguasai bola. Mereka biasanya langsung melepaskan tendangan jarak jauh atau umpan panjang ke daerah pertahanan lawan.

 

Gaya permainan seperti ini biasanya mengandalkan kelincahan pemain-pemain sayap. Para winger wajib menyisir sisi pertahanan dan memberikan umpan silang ke daerah kotak penalti lawan.

 

Pada kenyataannya, gaya khas klub-klub Inggris membuat Pep Guardiola kesulitan menerapkan ciri khasnya. Pep Guardiola memiliki tipikal pelatih yang menekankan penguasaan bola, umpan-umpan pendek yang membuat jarak antarpemain tak jauh, serta permainan agresif.

 

Pep Guardiola harus mencari solusi jitu menangani masalah tersebut. Jika tetap sesuai skema kala membesut Barcelona dan Bayern Munchen, Pep Guardiola tak boleh lengah. Variasi menjadi hal terpenting, dan Pep Guardiola akan berpikir keras untuk menemukan solusi tersebut.

Related Articles

Back to top button