Extra Time

Di Barcelona, Pemain Diajarkan “Tiki-taka” sejak Usia 6 Tahun

la masia

Sudah 10 tahun ini, Barcelona menjadi penguasa sepakbola Eropa dan dunia. Bagaimana tidak hanya dalam tempo 10 tahun mereka sudah mengoleksi 4 Liga Champions dan Piala Dunia antar Klub. Keberhasilan Barcelona ini tidak bisa lepas dari hebatnya Johan Cruyff mendirikan akademi sepakbola Barcelona atau yang biasa disebut La Masia. Ada beberapa nama alumni La Masia yang menonjol untuk prestasi Barcelona belakangan ini. Sebut saja Victor Valdez, Carlos Puyol, Gerard Pique, Sergio Busquets, Jordi Alba, Xavi, Iniesta dan tidak ketinggalan tentunya Lionel Messi

Tiki-taka menjadi fondasi dari prestasi tim catalan ini. Gaya permainan tiki-taka sudah membuat standar baru dalam bermain sepakbola saat ini. Melalui tiki-taka sudah berapa banyak “bus” milik Mourinho dihancurkan, dan sudah berapa kali tembok catenacio miliki milik Milan dibobol. Terakhir Juventus yang digilas sebanyak 3 gol di final UCL 2015. Bahkan melalui tiki tiki-taka juga sepakbola Latin milik River Plate menyerah 3 gol tanpa balas. Dominasi alumni La Masia di tim inti Barca mempermudah permainan tim, dan saling pengertian antar pemain. Kebrhasilan Barcelona ini menjadi sedikit tidak aneh kalo kita tahu bahwa di La Masia ternyata setiap pemain sudah diajarkan Tiki-taka sejak usia 6 tahun. Hal ini yang diutarakan
Direktur Teknik FCBEscola wilayah Asia-Pasifik, Carles Martin Martinez, ia menceritakan cara Barcelona memupuk filosofi bermain sepak bola yang baik dan benar kepada para pemain usia dini.

“Bagi klub seperti Barcelona, usia 6 tahun merupakan awal mula bagi calon-calon pesepak bola untuk mengenal cara bermain yang baik dan benar,” jelas Martinez

“Barcelona sudah memulai pembinaan ini sejak puluhan tahun lalu. Siapa pun pelatihnya, Barcelona tetap menanamkan filosofi bermain tiki-tika sejak pemain berusia 6 tahun,” lanjutnya.

la masia 2

“Barcelona punya tim-tim di beberapa kelompok umur. Semuanya dimulai sejak pemain masih kecil. Di berbagai kelompok umur, Barcelona tetap mengharuskan pemain bermain dengan filosofi Barcelona,” ujar Martinez.

Martinez menambahkan, potensi para pemain muda harus dilatih sejak usia dini untuk menanamkan mental kecintaan tinggi terhadap sepak bola dan melahirkan pemain yang berprestasi.

Diakhir interviewnya, ia yang menyempatkan datang ke Indonesia ini memberikan beberapa saran terhadap perkembangan sepakbola Indonesia.

“Indonesia memiliki potensi besar dalam sepak bola karena semangat dan dukungan luar biasa dari masyarakat. Semangat dan dukungan itu dapat membakar rasa percaya diri tim sepak bola. Mereka akan berlatih keras dan memberikan kemampuan terbaik di lapangan. Semua berkat rasa percaya diri dan dukungan,” tutunya.

Related Articles

Back to top button