Formasi

FAKTA TENTANG JAVIER ZANETTI

 

Jam 04.00 dinihari. Bocah itu masih mengantuk.
Matanya merah. Tapi, ia harus bangun dan bergegas.
Banyak botol susu yang harus diantar.
Kerja, kerja dan kerja, itulah kata yang ada di benaknya.

Ia memulai harinya dengan mengantar botol susu ke
rumah-rumah. Ia jalan kaki. Pekerjaan paginya itu
memakan waktu empat jam.

“Aku memakai seragam sebagai ‘Bocah pengantar susu’.
Jam 08.00 setelah selesai pekerjaan, aku lalu ke sekolah,”
kata Legenda Inter Milan, Javier Zanetti,
mengenang masa kecilnya.

Begitulah rutinitas Zanetti kecil setiap hari.
Maklum, pria yang baru resmi gantung sepatu itu
lahir dari keluarga kurang mampu. Ayahnya hanya
tukang batu. Mau tak mau, ia harus ikut bertanggung
jawab atas keluarganya.

“Selesai sekolah, aku latihan. Dan pada malam
harinya aku benar-benar kelelahan. Sungguh
kehidupan yang mengerikan,” ujar Zanetti.

Tak hanya jadi tukang susu, Zanetti kecil juga
sering membantu ayahnya di proyek. Ia juga
bekerja sebagai penjaga toko kelontong milik
sepupunya.

Meski memiliki banyak pekerjaan, namun ini tak
mengurangi kecintaan Zanetti pada sepakbola.
Ia terus mencoba masuk klub-klub Argentina.
Zanetti sempat lolos seleksi Independiente yang
merupakan klub idolanya.

Namun, Zanetti yang saat itu baru berusia 15 tahun,
pada akhirnya dikeluarkan karena tubuhnya terlalu
kurus. Ia kecewa dan putus asa. Saking kecewanya,
Zanetti memutuskan berhenti bermain selama setahun.

[Image: image.jpg]

Secercah titik terang datang ketika salah satu teman
ayahnya membantunya masuk klub Talleres.
Di klub itu, Zanetti kecil juga kesulitan membagi waktu
antara bekerja, sekolah dan latihan.

“Masalah utamaku selain sepakbola adalah,
aku harus memikirkan bagaimana pulang ke
rumah dengan membawa roti untuk keluarga.
Aku selalu kelelahan dan kehidupan masa
kecilku mengerikan. Tapi aku terus berusaha
karena tahu itu satu-satunya kesempatanku
menjadi pemain profesional,”
ucap Zanetti seperti dilansir thexiiplayer.

Berkat kerja kerasnya di lapangan, Zanetti akhirnya
promosi ke tim utama Talleres. Namun, Manajer
Talleres saat itu memintanya memilih antara
sepakbola atau bekerja.

Zanetti pun memilih bekerja karena ia harus
membantu keluarganya. Namun, hal ini tak
terjadi karena Talleres memberinya kontrak
profesional. Di musim pertamanya bersama
Talleres, Zanetti bermain dalam 33 pertandingan
dan mencetak satu gol.

[Image: index.jpg]

Di klub ini, Zanetti menandatangani kontrak
pertamanya. Lalu pada 1993, ia pindah ke
Banfield dan dipanggil Tim Nasional Argentina.

“Pada suatu malam ketika kami sedang tur di
Afrika Selatan bersama Timnas Argentina,
Pelatih Daniel Passarella mengetuk pintu kamarku.
Dia bilang: ‘Javier, Inter Milan ingin membelimu’,”
kenang Zanetti seperti dilansir thexiiplayer.

Ia pun kaget. Zanetti tak percaya raksasa
Italia seperti Inter Milan tertarik dengan dirinya.
Saat itu, Massimo Moratti baru saja terpilih
sebagai Presiden klub. Zanetti menjadi pemain
pertama yang ingin dibeli raja minyak Italia tersebut.

Keputusan Moratti bukannya tanpa kontroversi.
Sebagai klub besar yang ingin merajai Eropa,
keputusan Inter membeli pemain tak jelas dari
Argentina dinilai sebagai kecerobohan. Namun,
Zanetti membuktikan bahwa Moratti tak salah memilihnya.

“Saat itu, Inter membeli beberapa pemain muda.
Selain aku, Inter juga membeli Roberto Carlos (Brasil),
Sebastian Rambert (Argentina) dan Paul Ince.
Karena kuota pemain asing sudah penuh, aku
mengira akan dipinjamkan.
Karena aku paling tak dikenal.”

Carlos saat itu merupakan bakat muda terbaik Brasil.
Sementara Rambert terus dipromosikan media massa
Italia berkat gol fantastisnya di Argentina.
Adapun Ince merupakan salah satu gelandang
terkuat Eropa.

“Sementara aku hanyalah pemain tak dikenal. Namun begitu,

kenyataannya aku bertahan dan terus bermain.”

Pada 27 Agustus 1995, Zanetti melakoni debutnya
bersama Inter dan pada 1999 ia terpilih jadi Kapten.
Selama di Inter, Zanetti membuktikan bahwa ia pemain
serbabisa. Ia hampir menempati semua posisi di
lapangan. Mulai dari bek kanan, bek kiri, bek tengah,
gelandang tengah, sayap kanan, sayap kiri dan
penyerang kanan.

Namun, tahun-tahun awal Zanetti di Inter tak terlalu
sukses. Trofi pertamanya baru ia raih pada 1998
yakni Piala UEFA. Meski pernah digoda Real Madrid,
namun Zanetti memilih bertahan di Nerazzurri.

[Image: image.jpg]

Bersambung…….

Related Articles

Back to top button