Formasi

Ini Dia Pesepakbola Terkaya di Dunia, Kekayaannya Jauh Mengalahkan Cristiano Ronaldo, David Beckham dan Lionel Messi

Nama Mathieu Flamini tiba-tiba mencuat menjadi pesepakbola terkaya di Dunia versi majalah Amerika, Forbes.

Eks pemain Arsenal dan AC Milan yang kini berseragam Getafe itu mengalahkan kekayaan milik Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.

Forbes mengungkapkan bahwa Lelaki kelahiran Marseille, Perancis pada 7 Maret 1984 ini,  memiliki aset hingga Rp 206,3 triliun.

Jumlah itu mengalahkan aset Ronaldo sebesar Rp 8,4 triliun, David Beckham Rp 6,7 triliun dan Lionel Messi Rp 3,1 triliun.

Kekayaan Flamini, pesepakbola asal Prancis berusia 34 tahun itu bukan dari karier sepak bola yang moncer.

Flamini kaya raya karena memiliki bisnis bio kimia GF Biochemicals bersama partner bisnisnya, Pasquale Granata, seorang sarjana ekonomi dari Italia.


Mantan pemain Arsenal dan rekan bisnisnya, Pasquale Granata, membangun GF Biochemiclas sejak 2008.

Saat ia bergabung di klub sepakbola AC Milan. GF merupakan gabungan inisial keduanya, Granata dan Flamini.

Usahanya tersebut bergerak pada bidang energi alternatif, yakni bisnis biokimia bernama GF Biochemicals.

GF Biochemicals merupakan perusahaan pertama di dunia yang memproduksi Levulinic Acid (LA) atau asam levulinik secara massal.

Selain digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi, Levulinic Acid juga dimanfaatkan dalam industri kimia, kosmetik, bahan baku plastik, industri makanan, dan banyak lagi.

GF Biochemichal bekerja sama dengan Politeknik Milan dalam riset soal LA.

Mereka pun memiliki paten terhadap produk yang disebut Departemen Energi Amerika sebagai satu dari 12 molekul potensial sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi.

Perusahaan itu, menurut Mathieu Flamini, diklaim sebagai perusahaan pertama dan satu-satunya yang memproduksi LA dalam skala industri.

Departemen Energi Amerika Serikat menyatakan Levulinic Acid dapat diproduksi dari gula melalui konversi biologi atau kimia dan kemudian dapat dikonversi menjadi bahan kimia berbasis biologis yang bernilai tinggi.

Menurut Flamini, tantangan utama yang harus diatasi perusahaannya adalah menurunkan biaya produksi dan memecahkan masalah produksi yang berkelanjutan.

Sekarang GFB telah mulai memproduksinya dalam skala industri.

Ia mengatakan GFB adalah perusahaan pertama yang telah memecahkan tantangan ini, dan pada 2017 lalu mereka dapat membuat sekitar 10.000 ton per tahun.

Demi mengembangkan bisnis tersebut, ia menginvestasikan jutaan Euro untuk biaya penelitian, uji coba, pembangunan pabrik, dan gaji karyawan.

Kini, perusahaan tersebut telah membuka kantor di Milan, Gellen (Belanda), dan Amerika Serikat.

Pada 2015, ia mengatakan perusahaannya bisa bernilai sekitar Rp 20 miliar poundsterling atau sekitar Rp 389 triliun.

Saat ini, Flamini dan Granata memiliki 80 orang karyawan di pabrik dan sekitar 400 karyawan di tempat lain.

Itu belum termasuk para peneliti, ahli kimia, dan ilmuwan-ilmuwan lain dari lima negara Eropa, serta Mesir.

Awalnya Flamini menyembunyikan perusahaannya selama beberapa saat, pada 2015, Flamini, akhirnya blak-blakan.

Dia membuka pernyataan ke media bahwa dia sedang berkonsentrasi ke bisnis tersebut, bahkan orang tuanya pun baru diberi tahu pada tahun 2014.

“Selama tujuh tahun saya tak pernah memberitahukannya kepada siapa pun. Ketika saya hengkang ke Milan pada 2008 saya bertemu Pasquale, yang kemudian menjadi teman dekat saya dan kami selalu berpikir untuk melakukan sesuatu,” ujarnya dalam wawancara dengan media Inggris The Sun pada 2015 lalu.

“Saya selalu dekat dengan isu soal alam dan penduli soal lingkungan, perubahan iklim dan pemanasan global. Pasquale juga memiliki minat yang sama, kami lantas mencari cara bagaimana bisa berkontribusi mengatasi masalah ini. Setelah beberapa saat kami pun menemukan soal Asam Levulinic,” katanya.

Bisnis ini berdampak positif bagi Italia karena masyarakat di sana, terutama orang muda, sedang sulit mendapatkan pekerjaan.

Flamini mengungkapkan bahwa dirinya berinvestasi dalam suatu bisnis rahasia yang diharapkan akan menciptakan sebuah perusahaan biotek yang bisa memiliki nilai potensial 20 miliar poundsterling di pasar energi.


Ia menjelaskan dirinya membuat perusahaan bukan karena ingin menghasilkan uang.

Lebih dari itu, motivasi utamanya adalah seorang figur harus punya dampak positif yang ditimbulkan bagi lingkungan.

Ia pernah membantah klaim yang dilaporkan Forbes.

“Saya harus mengklarifikasi hal penting. Sangat berbeda dari [pemberitaan] yang saya baca, saya tidak memiliki €30 miliar [Rp508 triliun] di rekening saya.”

“Jumlah uang sebesar itu juga amat tidak sesuai dengan penaksiran terhadap perusahaan saya, GF Biochemicals,”


tegas Flamini kepada L’Euipe dikutip dari AS.com.

Ia lalu menjelaskan cara penaksiran tersebut yang menyebabkan kekeliruan menganggap ia sebagai salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan yang bahkan jauh melebihi pesepakbola top dunia.

“Faktanya, bahwa nilai itu [Rp508 triliun] merupakan total nilai di pasar yang berupaya kami dapatkan dengan teknologi baru yang sudah kami bangun dalam beberapa tahun terakhir.”

“Ini jelas sekali sebuah kesalahpahaman. Seolah kita tengah memberi penaksiran satu restauran dengan nilai seluruh katering di Perancis,” terang Flamini.

Ia merasa harus mengklarifikasi pemberitaan yang sebelumnya berasal dari Forbes agar orang-orang tidak salah paham tentang bisnis yang tengah dilakoninya.

“Saya bukan [miliuner]. Saya minta maaf tentang pemberitaan itu karena saya tidak masuk ke bisnis ini sekadar untuk menciptakan uang,”


tutur Flamini.

Lelaki tampan ini memang seorang pengusaha kaya di luar lapangan, tetapi dia akan kembali beraksi bersama Getafe dan menjadi tokoh sentral dalam permainan Getafe.

Semoga menginspirasi…

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button