Top Skor

5 Pemain yang Tidak Diinginkan Pelatihnya Lagi

Kondisi Diego Costa di Chelsea sepertinya sudah tidak dibutuhkan Conte lagi. Padahal performa Costa sangat menjanjikan. Ada begitu banyak go-golnya yang membawa Chelsea ke puncak klasemen. Perannya sangat vital di lini depan Chelsea bahkan Chelsea kewalahan untuk mencari pendampingnya di lini depan.

 

Costa tidak sendirian, ada beberapa pemain lainnya yang pernah tercatat sebagai pemain bintang namun pada akhirnya dilepas oleh klubnya. Biasaya peran besar pelatihlah yang membuat keputusan terkuat dalam kondisi seperti ini. Berikut daftar nama pemain yang sudah tidak diinginkan pelatihnya lagi :


5. Diego Costa
Habis manis sepah dibuang. Kabar ini baru datang belakangan ini dan diucapkan oleh Antonio Conte kepada top skor Chelsea, Diego Costa. Striker berpaspor Spanyol berusia 28 tahun membeberkan kepada publik bahwa Conte mengirimnya pesan, memberitahu bahwa ia tak mengiginkan Costa di Chelsea musim depan.

Berita ini cukup mengejutkan karena Costa merupakan top skor Chelsea musim lalu dengan torehan 22 gol dari 42 laganya di seluruh kompetisi. Ia berkontribusi memberikan titel Premier League.

Hingga saat ini tidak jelas apa alasan Conte mengucapkan hal tersebut, tapi, disinyalir ini ada kaitannya dengan keribuan keduanya yang sempat terjadi musim lalu, dan juga keinginan Costa yang memaksa keluar dari Chelsea di bursa transfer musim dingin lalu.

 
4. Robin van Persie
Louis van Gaal melatih Manchester United pada kurun waktu 2014-2016, dan selama rezim singkatnya itu ia banyak mendepak pemain warisan Sir Alex Ferguson, seperti salah satunya Robin van Persie.

Baik Van Gaal dan Van Persie sedianya memiliki hubungan yang baik, seperti yang diperlihatkan mereka berdua di Piala Dunia 2014 bersama Timnas Belanda. Tapi, Van Gaal mampu mengesampingkan sisi sentimental itu demi alasan sepak bola, atau kebutuhan tim.

Ia menilai performa Van Persie jauh menurun, setelah menjadi top skor dan memberi titel Premier League kepada Man United pada 2013. Alhasil, ia pergi ke Fenerbahce pada 2015.

 
3. Andrea Pirlo
10 tahun bukan waktu yang sebentar bagi seorang pemain untuk bermain di satu klub, dan Pirlo menunjukkan loyalitasnya kepada AC Milan yang sudah dibelanya sejak 2001. Maestro lini tengah Italia itu sudah meraih segala kesuksesan di sana.

Akan tetapi, segala hal yang baik pasti akan berakhir. Pirlo pun mengakhiri dedikasinya itu pada 2011, ketika Massimiliano Allegri tak mampu memberinya jaminan bermain di tim reguler pasca sembuh dari cedera. Allegri lebih memilih gelandang bertahan dengan tipikal petarung yang merebutkan bola. Akhasil Allegri lebih memprioritaskan Nigel de Jong ketimbang Pirlo.

Akhirnya kontraknya tidak diperpanjang Milan dan Pirlo berlabuh di klub rival, Juventus. Ironinya, di sana juga Pirlo kembali dilatih oleh pelatih yang membuangnya di Milan, Allegri, pada 2014.

 

2. Joe Hart
Status kiper nomor satu Timnas Inggris terusik ketika Pep Guardiola datang ke Manchester City musim 2016/17 lalu. Guardiola langsung terang-terangan mengakui tak suka gaya main Hart yang konvensional, yakni langsung menendang bola jauh dari zona berbahaya ketika menyapunya. Intinya, Hart tak bisa memainkan bola dengan kakinya untuk membangun serangan dari belakang.

Alhasil, Hart dipinjamkan ke Torino di musim 2016/17, sementara Man City mendatangkan Claudio Bravo sebagai tandem Willy Caballero. Bahkan, pasca musim 2016/17 berakhir, Man City telah mendatangkan Ederson Moraes dari Benfica sebagai ganti Caballero yang kontraknya tak lagi diperpanjang. Ini merupakan indikasi kuat, bahwa Hart akan dijual The Citizens.

 

1. Angel Di Maria
Man United memboyong Di Maria dari Real Madrid dengan mahar 59,7 juta poundsterling pada awal musim 2014/15. Rekrutan bertaraf bintang itu memuaskan fans Setan Merah pada awalnya, tapi, lambat laun performanya menurun dan disebut salah satu pembelian terburuk United.

Alhasil, ia hanya bertahan selama semusim sebelum dilepas ke Paris Saint-Germain (PSG) pada 25 Juli 2015. Keretakan hubungan Di Maria dengan Van Gaal disebut sebagai alasannya hengkang. Di Maria kecewa dengan Van Gaal yang terus mengubah posisi bermainnya dan tidak memberi kebebasan.

Van Gaal pun memberi pembelaan dengan menyalahkan Di Maria atas performa buruknya. Tapi, dalam kasus ini manajer selalu ‘benar’ dan pada akhirnya ia ‘sukses’ mendepak Di Maria, yang mungkin di hadapan Van Gaal laiknya pembangkang.

 

 

 

Related Articles

Back to top button