Pemain Hebat yang Gagal Jadi Pelatih Hebat
Seorang pemain sepakbola tidak otomatis seorang pelatih sepakbola. Untuk menjadi pelatih hebat tidak harus menjadi pemain bola yang hebat pula. Hal ini sangat berlaku di dunia persepakbolaan. Kita bisa melihat begitu banyak pesepakbola yang akhirnya gagal membawa tim nya berprestasi.
Dari sekian banyak pesepakbola top, hanya sebagian kecil saja yang mampu dikategorikan pelatih top. Nama-nama seperti pep guardiola adalah contoh yangbpaling pas. Namun bagaimana dengan pemain hebat yang gagal jadi pelatih hebat, adakah dari nama-nama tersebut merupakan pemain favorit anda, berikut ulasannya :
Tony Adams
Adams sukses membawa Arsenal meraih empat trofi Liga Inggris dan tiga trofi Piala FA saat masih menjadi pemain. Namun karier gemilangnya itu tidak berlanjut ketika dia mencoba peruntungan sebagai pelatih.
Adams hanya bertahan di klub pertama yang dia asuhnya, Wycombe yang terdegradasi. Nasib sial Adams berlanjut kala melatih Portsmouth. Dia hanya mampu bertahan empat bulan karena rangkaian hasil buruk yang diterima.
Bobby Charlton
Karier luarbiasa dijalani Charlton bersama Manchester United dan timnas Inggris saat masih berstatus sebagai pemain. Dia pun dianggap salah satu pemain terbaik yang pernah lahir di Inggris.
Tapi, Charlton gagal melanjutkan kegemilangannya kala menjadi pelatih Preston North End. Klub yang diasuhnya terdegradasi dan membuatnya hanya bertahan selama semusim di klub tersebut.
Paul Gascoigne
Di tengah kontroversi yang kerap diciptakannya, tak bisa disangkal kalau Gascoigne merupakan salah satu striker terbaik Inggris yang pernah ada. Dia membawa klub yang dibelanya dengan berbagai prestasi.
Tapi ketika memulai karier sebagai pelatih dengan membesut Kettering Town, dia hanya bertahan selama 40 hari karena kebiasaan buruknya terkait kegemarannya mengkonsumsi minuman beralkohol.
Ruud Gullit
Dia merupakan bagian penting dari masa keemasan AC Milan pada era 1990-an saat masih aktif sebagai pemain. Dan kariernya sebagai pelatih sempat diprediksi akan bersinar setelah dia sukses membawa Chelsea juara Piala FA 1997.
Namun sikap tempramentalnya membuat dia kerap tidak bertahan lama saat melatih klub. Salah satunya kala dia melatih Newcastle United dan kerap bersitegang dengan pemain ikon klub, Alan Shearer.
Roy Keane
12 tahun membela Manchester United, Keane meraih tujuh gelar Premier League dan satu trofi Liga Champions. Tapi kariernya sebagai pelatih tidak bersinar seperti saat dia masih menjadi pemain.
Dia hanya bertahan kurang dari dua musim saat melatih Sunderland. Situasi yang sama juga dia alami ketika melatih Ipscwih Town. Dia juga pernah hanya menjadi asisten pelatih di Aston Villa dan timnas Republik Irlandia.
Diego Maradona
Legenda Argentina itu dianggap pemain terbaik dunia yang pernah ada. Dia sukses memimpin Napoli dua kali juara Serie A dan Piala UEFA. Selain itu, Maradona juga jadi motor Argentina kala juara Piala Dunia 1986.
Tapi suksesnya itu tidak menular saat dia menjadi pelatih timnas Argentina. Maradona menjadi ‘kambing hitam’ kekalahan memalukan Argentina kala dilumat Jerman 0-4 di Piala Dunia 2010.
Maradona mencoba peruntungan dengan melanjutkan karier ke Uni Emirat Arab (UEA). Tapi di sana pun dia tidak bertahan lama karena gagal membawa klub asuhannya Al Wasl meraih hasil positif.
Lothar Matthaus
Saat masih menjadi pemain, dia meraih delapan gelar juara Bundesliga, satu scudetto Serie A dan dua trofi Liga Europa serta trofi Piala Dunia 1990. Namun, dia tidak pernah mendapat tawaran melatih di Bundesliga. Dia hanya melatih klub-klub kecil Eropa seperti Rapid Wien, Atletico Paranaense, Partizan Belgrade hingga Red Bull Salzburg. Dan dia tidak pernah bisa membawa klub yang diasuhnya menjadi juara.
Alan Shearer
Pencetak gol terbanyak Premier League (260 gol) dan masuk daftar 100 legenda persepakbola yang dirilis FIFA menjadi bukti kehebatan Shearer saat masih menjadi pemain. Namun karier kepelatihannya hanya bertahan delapan laga. Shearer mendapat kepercayaan menyelamatkan Newcastle United dari zona degradasi yang mengintai di akhir musim 2009, dengan hanya delapan laga tersisa. Namun Shearer gagal menjalankan tugasnya. Newcastle terdegradasi setelah hanya meraup lima poin dari maksimal 24 poin. Shearer selanjutnya lebih memilih menjadi komentator dan analis di BBC.
Dia menjadi topskor Piala Dunia 1994 dan sukses membawa Bulgaria melaju ke semifinal. Di tingkat klub, dia sukses membawa Barcelona meraih lima gelar juara La Liga dan satu trofi Piala Champions.
Namun, saat melatih, dia gagal melanjutkan aksi gemilangnya seperti saat menjadi pemain. Dia gagal membawa Bulgaria lolos ke Piala Dunia 2006 Piala Eropa 2008. Tugas terakhirnya hanya bertahan satu bulan saat di CSKA Sofia.
Marco van Basten
Legenda Belanda itu memenangi tiga trofi juara Eredivisie bersama Ajax Amsterdam, meraih empat gelar juara Serie A dan tiga trofi Liga Champions bersama AC Milan. Dia juga jadi kunci sukses Belanda juara Piala Eropa 1988.
Namun dia tidak pernah memenangi apapun saat menjadi pelatih. Dia hanya mampu membawa Belanda ke babak kedua Piala Dunia 2006 dan perempatfinal Piala Eropa 2008.
Sumber : viva.co.id