Top Skor

5 Pemain Bintang yang Gagal Bersinar di Inter Milan

Inter Milan lagi-lagi gagal memanfaatkan banyak pemain bintang di timnya. Di Seri A musim ini saja posisinya sangat sulit untuk bisa masuk ke zona liga champions. Sepertinya nerazzuri belum mengetahui kenapa tim ini sulit sekali meraih prestasi.

 

 

Dibawah ini kita akan melihat 5 pemain bintang yang meredup ketika berseragam biru hitam, dan justru menanjak prestasinya ketika pindah ke tim lain. Siapa sajakah mereka, berikut diantaranya :

roberto carlos 1 pixel

 

 

 

 

 

 

1. Leonardo Bonucci

Leonardo Bonucci menimba ilmu sepak bola di akademi Inter Milan. Sayang, saat beranjak dewasa, dia kesulitan menembus tim utama. Pada periode 2005-2009, dia hanya tampil satu kali.

Karier Bonucci baru bersinar saat bergabung dengan Bari, kemudian Juventus pada 2010. Bersama Juventus, pemain kelahiran 1 Mei 1987 ini tumbuh menjadi benteng yang kuat di lini pertahanan.

Bersama Juventus juga, dia sukses memenangkan empat scudetto dan runner-up Liga Champions 20014/15. Nama Bonucci pun berkibar di tim nasional Italia. Dia ikut membela Italia saat tampil jadi finalis Piala Eropa 2012 di Ukraina-Polandia.

Sampai sekarang pun Bonucci masih jadi pemain belakang nomor satu di Gli Azzurri. Sejak melakukan debut tahun 2010, dia telah 53 kali membela Italia.


2. Robbie Keane

Saat Inter Milan mendatangkan Robbie Keane pada tahun 2000, banyak pendukung mereka mengernyitkan dahi. Pasalnya, selain datang dari klub kecil Inggris, Coventry City, harga Keane juga lumayan mahal, sekitar 15 juta euro.

Kekhawatiran tifosi jadi kenyataan. Semusim membela Inter, Keane hanya tampil enam kali dan kemudian dipinjamkan ke Leeds United. Ternyata, Leeds menjadi pintu gerbang bagi karier Keane selanjutnya.

Karena, setelah membela Leeds, karier Keane kian menjulang. Terutama saat membela Tottenham Hotspur, di mana Keane mencetak total 80 gol. Keane juga sempat membela klub elite Inggris lainnya, Liverpool, sebelum hijrah ke Amerika Serikat, bergabung dengan LA Galaxy.

Paling akhir, di usianya yang telah mencapai 35 tahun, Keane sukses membawa negaranya lolos ke putaran final Piala Eropa 2016 Prancis. Total 21 gol yang dicetak Keane di kualifikasi Piala Eropa membuatnya mengungguli Hakan Sukur (20 gol) pemegang rekor pencetak gol terbanyak di ajang kualifikasi Piala Eropa.

3. Andrea Pirlo

Kepergian Andrea Pirlo ke rival sekota AC Milan, tentu sangat menyakitkan bagi tifosi Inter Milan. Lebih menyakitkan lagi, performa Pirlo ternyata terus menjulang bersama Milan. Padahal, saat di Inter (1998-2001), penampilannya bisa dibilang biasa saja.

Di Milan, Pirlo menjadi legenda. Pada periode 2001-2011, dia jadi andalan I Rossoneri di lini tengah. Dia memainkan peran sebagai deep-lying playmaker, posisi baru yang ditemukan pelatih Carlo Ancelotti untuknya.

Bersama Milan, Pirlo memenangkan dua gelar scudetto dan gelar Liga Champions. Di tim nasional Italia, nama Pirlo juga berkibar. Dia jadi salah satu penentu saat Italia jadi juara Piala Dunia 2006 di Jerman.

Bahkan, saat usianya tak muda lagi, Pirlo masih mampu memperlihatkan sihirnya bersama Juventus, saat memenangkan empat scudetto berturut-turut. Saat ini, Pirlo bermain di Liga Amerika Serikat bersama New York City.


4. Dennis Bergkamp

Saat direkrut Inter Milan pada 1993, Dennis Bergkamp telah menjadi bintang di Ajax Amsterdam. Bersama klub asal Belanda itu, Bergkamp salah satunya memenangkan Piala Winners Eropa 1986/87. Dia juga menjadi pencetak gol terbanyak tiga musim berturut-turut di Eredvisie, 1990/91, 1991/92, dan 1992/937

Namun, kehebatannya begitu saja sirna saat berseragam Inter Milan. Dalam dua musim Serie A, Bergkamp hanya mampu mencetak 11 gol. Inter pun lalu menjualnya ke Arsenal pada 1995.

Di Arsenal, nama Bergkamp kembali menjulang. Sebelas tahun membela Arsenal, tiga gelar Liga Primer dia persembahkan untuk The Gunners, plus tampil jadi finalis Liga Champions 2005/06, sebelum kalah 1-2 dari Barcelona.

Bergkamp sendiri menjadi idola publik Stadion Highbury, stadion kandang Arsenal. Untuk mengenang jasanya, manajemen Arsenal membuat patung Bergkamp di luar Emirates, stadion yang sejak 2006/07 digunakan sebagai kandang Arsenal.

5. Roberto Carlos

Setelah membeli Roberto Carlos dari Palmeiras tahun 1995, Inter langsung menjualnya ke Real Madrid, semusim kemudian. Keputusan Inter ternyata keliru. Sebab, bersama Madrid, karier Carlos langsung menjulang.

Carlos, ketika itu disebut-sebut sebagai bek kiri terbaik dunia. Dia memiliki kemampuan bertahan yang kuat dan naluri menyerang tinggi. Sering kali dia membantu serangan lewat sayap dan mengirim crossing untuk rekan penyerang.

Salah satu kelebihan lain Carlos adalah tendangan bebasnya yang luar biasa keras.Salah satu momen yang akan selalu dikenang penggemarnya adalah saat bersama Brasil, Carlos membuat gol lewat tendangan geledeknya ke gawang Prancis di ajang Turnoi deFrance, 1997.

Carlos sendiri cukup lama mengabdi di Madrid, mulai 1996 hingga 2007. Bersama Madrid, dia memenangkan empat gelar La Liga dan tiga Liga Champions. Saat ini, Carlos menjadi pemain rangkap pelatih di klub India Super League, Delhi Dynamos.

Related Articles

Back to top button