Formasi

FAKTA TENTANG JAVIER ZANETTI (part 2)

 

Waktu berjalan begitu cepatnya, setelah Paolo Maldini
dan Alessandro Del Piero, kini Liga Italia Serie A harus
kembali kehilangan salah satu ikonnya, Javier Adelmar
Zanetti.Setiap klub besar pasti memiliki seorang ikon.
Pemain yang jadi panutan, memiliki pengaruh kuat,
dan jadi simbol tim selama bertahun-tahun lamanya.
Menilik sejarah dan kebiasaan sebuah klub, Liga Italia
Serie A pantas disebut sebagai gudangnya para ikon.Adalah tragedi tatkala seorang Paolo Maldini yang begitu
dipuja Milanisti memutuskan pensiun pada 2009 lalu.
Pun halnya dengan Alessandro Del Piero yang akhirnya
harus meninggalkan Juventus dua tahun lalu, setelah membela
panji kebesaran hitam-putih selama 19 musim. Kini nuansa
yang sama bakal segera dirasakan oleh para Interisti dan
para pecinta Calcio sejati kala harus melepas kepergian
simbol FC Internazionale, Javier Adelmar Zanetti.

[Image: image.jpg]

Ya, lilitan cedera dan faktor usia akhirnya mengalahkan hasrat
Zanetti itu untuk terus menghibur publik dunia melalui olahan
bola di atas lapangan. Selasa, 6 Mei 2014, pria Argentina ini
resmi memutuskan bahwa 2013/14 akan menjadi musim
terakhirnya di Inter sekaligus sebagai pesepakbola profesional.

Jabatan direktur olahraga untuk La Beneamata sudah
disediakan manajemen klub untuknya pasca gantung
sepatu. Sehingga duel berkelas menghadapi Lazio
jadi momen perpisahan emosional Zanetti di Giuseppe Meazza.

Seperti diketahui sebelumnya, Inter tidak akan memainkan

pertandingan penutup musim di Meazza. Karenanya perpisahan

sang kapten dengan publik stadion kebesaran bakal dilakukan

sepekan lebih cepat. Zanetti jadi pembelian pertama Massimo

Moratti dalam dinasti kepemimpinannya di Inter.

[Image: image.jpg]

Lahir pada 10 agustus 1973 di Dock Sud, Buenos Aires,
Argentina, bakat Zanetti kecil sempat ditolak akademi
klub mapan Negeri Tango, Independiente. Tak mau
patah arang menjadi pesepakbola profesional, ia
kemudian bergabung ke klub divisi dua Argentina,
Talleres de Escalada, pada musim 1992/93.

Di usianya yang kala itu masih 19 tahun, kualitas
Zanetti meningkat pesat karena bermain sebanyak
33 kali semusim plus jadi anggota tetap Timnas
Argentina U-20. Klub papan atas Argentina kala itu,
Banfield, kemudian kepincut untuk merkerut sang
bocah dan akhirnya terlaksana pada 1993.

Cukup dua musim dengan performa yang ciamik
dari 66 kali partisipasinya, Zanetti akhirnya sukses
mendapatkan tiket ke Eropa melalui FC Internazionale
pada musim 1995/96. Uniknya transfer itu jadi transaksi
pertama kepemimpinan presiden legendaris Inter,
Massimo Moratti.

“Awalnya saya menyaksikan partai Timnas Argerntina
U-20 untuk meyakinkan diri merekrut Ariel Ortega.
Anehnya, saya malah lebih tertarik dengan pemain lain
yang bermain di posisi fullback, ia melakukan hal yang
tak pernah saya lihat sebelumnya. Kami pun berpindah
halauan dan memutuskan untuk memboyong sang bek,”
tutur Morratti mengenang pembelian Zanetti.

Satu keputusan yang tepat, karena di Inter Zanetti
memulai cerita indahnya sebagai pesepakbola
sekaligus menghadirkan kebahagiaan bagi
seluruh Interisti sejati.

Zanetti jadi pemain paling dipercaya, konsisten, dan amat
pantas diberi status sebagai kapten Inter

Berposisi asli sebagai fullback kanan. Dengan keunggulan
fisik, keakuratan passing, serta kecepatannya, Zanetti
merupakan pesepakbola yang serba bisa.

Ia biasa ditempatkan di beberapa posisi selain bek kanan
seperti bek kiri, sayap kiri, sayap kanan dan bahkan
gelandang bertahan. Kecerdasannya dalam memahami
taktik serta menerjemahkannya pada seluruh rekannya,
membuat posisi Zanetti di starting XI Tim Ular Cobra tak
pernah tergeser, sejak musim perdana!

Terus konsisten meski berganti pelatih sebanyak 18 kali
sepanjang karienya di Inter, Zanetti mencatatkan rata2
39,8 kali penampilan setiap musimnya! Tak heran jika ia
dipercaya menjadi kapten I Nerrazzurri sejak musim 1999/00,
menggantikan status legenda Inter lainnya, Giuseppe Bergomi.

Liga Champions jadi prestasi tertinggi sekaligus penyempurna
kisah indah karier Zanetti

[Image: image.jpg]

Sejak menjalani debut di Inter pada 27 Agustus 1995 di usia
22 tahun menghadapi Vicenza di Serie A, perlahan Zanetti
menjelma menjadi salah satu legenda klub dengan memegang
rekor sebagai pemain paling banyak bermain untuk Inter (858)
dan Timnas Argentina (145).

Di Serie A, catatan caps-nya hanya kalah dari legenda Milan,
Paolo Maldini, yang bermain sebanyak 647 kali, sementara
Zanetti bermain sebanyak 613 kali.

Meski segalanya terlihat indah, Zanetti sempat menderita
bersama Inter karena hanya mampu meraih sebiji gelar
pada sembilan musim pertamanya di Giuseppe Meaza,
yakni Piala UEFA 1997/98. Namun peruntungan berubah
pasca Tim Bitu-Hitam sukses merengkuh Piala Italia pada
2004/05 dan 2005/06 disusul dengan kasus calciopoli 2006.

Ya, bersama Inter, Pupi panen gelar dengan rentetan lima
scudetto beruntun sejak musim 2005/06. Puncaknya jelas
terjadi di musim paling bersejarah sepanjang sejarah Inter,
yakni 2009/10. Kala itu di bawah asuhan Jose Mourinho,
Inter meraih gelar treble winners dengan Piala Italia,
scudetto, dan trofi Liga Champions.

Ditambah sebuah gelar Piala Italia dan Piala Dunia Antarklub
semusim setelahnya, semua catatan tersebut jadi prestasi
tertinggi sekaligus penyempurna kisah indah karier Zanetti.

Kini setelah 19 musim, catatan 858 penampilan plus torehan
21 gol, disertai deretan gelar di level klub, saatnya kita
melepas kepergian salah satu bakat terbaik sepakbola.
Zanetti berujar jika inilah momen tepat untuk mengakhiri
catatan lembar emas kariernya sebagai pesepakbola
profesional, dan membuka lembaran baru sebagai
petinggi Il Biscione.

“Untuk pensiun di usia ke-40 tahun adalah sensasi
yang unik, saya merasa bangga terhadap diri saya, ini
adalah momen yang tepat,” ujar sang kapten.

“Setelah cedera tahun lalu saya ingin membuktikan
bahwa saya bisa kembali ke sepakbola kompetitif dan
saya melakukannya. Saya bermimpi untuk mengakhiri
karir dengan jersey Inter, Inter adalah rumah saya dan
saya juga akan berusaha memberi kontribusi dari
luar lapangan.”

Lebih menyedihkan lagi, karena Interisti sepertinya juga
dipaksa melepas kepergian dua legenda Argentina lainnya,
yakni Diego Milito dan Esteban Cambiasso, ketika musim
ini selesai.

Pada akhirnya hukum alam memang tak dapat dilawan,
selalu ada pertemuan dan perisahan. Setelah menikmati
segala sajian indah Il Capitano, kini satnya kita berdiri
untuk memberikan penghormatan terakhir bagi Javie
Adelmar Zanetti atas karier luar biasanya,
Arrivederci El Tractor!

JAVIER ZANETTI

[Image: image.jpg]

Nama: Javier Adelmar Zanetti

Tempat, Tanggal Lahir: Buenos Aires, Argentina, 10 Agustus 1973.

Klub: Talleres (1991-1992)
Banfield (1992-1995)
FC Internazionale (1995-2014)

Caps Timnas Argentina: 145/5 gol Koleksi Gelar

Serie A Italia: 5
Coppa Italia: 4
Supercoppa Italia: 4
Piala UEFA: 1
Liga Champions: 1
Piala Dunia Antarklub: 1

“Javier Zanetti adalah lawan yang paling saya hormati!”– Paolo Maldini
“Semua pemain ingin menjadi seperti Javier Zanetti”– Jose Mourinho

Sumber : goal.com

Related Articles

Back to top button