Hanya ada sedikit pemain yang tahu apa yang harus dilakukan ketika ia tidak dijaga. Maka sesekali beritahulah pemainmu: Penyerang yang itu sangat bagus, tapi tak perlu ditempel.
Aku merasa sangat miris ketika pemain berbakat ditolak hanya karena berdasarkan statistik komputer. Berdasarkan kriteria penerimaan di Ajax sekarang, aku dulu sudah pasti ditolak. Ketika aku berusia 15 tahun, aku tak bisa menendang bola sejauh 15 meter dengan kaki kiriku, dan mungkin hanya sekitar 20 meter dengan kaki kananku. Kualitas teknik dan visiku tak bisa terdeteksi oleh komputer.
Seorang pemain yang bukan pemimpin sejati – tapi mencoba menjadi – selalu mendamprat pemain lain setelah melakukan kesalahan. Pemimpin sejati di lapangan sudah memperkirakan sebelumnya bahwa pemain akan melakukan kesalahan.
Aku adalah bekas pemain, bekas direktur teknis, bekas pelatih, bekas manajer, bekas presiden kehormatan. Sebuah daftar manis yang sekali lagi mengingatkan bahwa semuanya mempunyai akhir.
Mengalahkan klub yang lebih kaya; kenapa tidak? Aku tak pernah menyaksikan sekantong uang mencetak gol.
Kita harus memastikan bahwa pemain terburuk lawanlah yang paling sering mendapatkan bola. Jadi tak perlu waktu lama untuk merebut bola itu kembali.
Aku bukanlah orang yang religius. Di Spanyol 22 pemain semuanya membuat tanda salib sebelum memasuki lapangan. Kalau semua doa dikabulkan maka semua pertandingan akan berakhir seri.
Kualitas tanpa hasil adalah omong kosong. Hasil tanpa kualitas adalah membosankan.
Aku selalu melemparkan bola ke dalam, karena jika aku mendapatkan bolanya kembali, aku adalah satu-satunya pemain yang tidak terjaga.
Teknik itu bukan mampu mengakrobatikkan bola seribu kali. Kau bisa melakukan itu dengan latihan, lalu kau bisa bekerja di sirkus. Teknik adalah mengoper bola dengan satu sentuhan, dengan kecepatan tepat, ke kaki rekanmu yang tepat.
Dalam timku, kiper adalah penyerang pertama, dan striker adalah pemain bertahan pertama.
ORANG cacat yang berolahraga, mereka tidak memikirkan apa yang mereka tidak punya, tapi mencoba untuk menjadi lebih baik dengan apa yang mereka punya. Demikian halnya saya.
